Pemanfaatan bahan alternatif berupa limbah untuk dijadikan batu bata bukanlah eksperimen yang pertama kali dilakukan oleh bapak tiga anak ini. Sebelumnya, berbagai macam limbah telah ia sulap menjadi batu bata. Antara lain dari abu tebu, abu serbuk kayu, serta tanah tambak. “Daripada limbah kertas terbuang percuma, lebih baik dimanfaatkan,†ungkap pemilik nama lengkap Dr Ir Vincentius Totok Noerwasito MT ini.
Bahkan, ketika sedang terjadi bencana lumpur di Sidoarjo pada tahun 2006, Totok juga membuat lumpur tersebut sebagai bahan batu bata.
Totok sempat membuat contoh bangunan dari bata lumpur itu berupa bangunan kecil seperti gardu di belakang Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS. Ternyata, kualitasnya tidak begitu bagus. Namun, Totok tak kehabisan ide. Ia olah lagi sisa-sisa bata yang hancur tersebut menjadi bata yang baru.
Ditemui ITS Online di ruang kerjanya di kampus, Totok memperlihatkan beberapa buah batu bata ciptaannya dari beraneka macam limbah tersebut. Ia tunjukkan pula pembandingnya, yaitu salah satu batu bata ringan produksi Indonesia dengan teknologi Jerman sebagai pembanding. Sementara itu, beberapa foto batu bata hasil penelitiannya tersebut juga terpampang di dinding belakang kursi kerjanya.
Keberhasilannya dalam membuat batu bata dari bahan alternatif itu sebenarnya berangkat dari studi di Institut National des Science Appliquees (INSA), Lyon, Prancis pada tahun 1989. Disana, Totok belajar mengenai Material Science (Sains Material), ilmu yang tidak ia dapatkan di almamaternya.
Dia mengambil kursus khusus pembuatan batu bata di sebuah sekolah arsitektur di Grenoble. "Saya pilih mendalami pembuatan bata tanah liat karena material tersebut yang paling mungkin dikembangkan di Indonesia," tuturnya. Akhirnya, pada tahun 1998, penelitian pertamanya mengenai batu bata berhasil.
Karena itu pula Totok beberapa kali mendapatkan dana penelitian untuk mengembangkan material bata dari bahan baku yang berbeda-beda. Salah satunya limbah kertas yang menjadi topik penelitian tahun ini. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) pun memberikan dana untuk penelitian itu sebesar 50 juta rupiah. “Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih lima bulan terakhir dan baru selesai pada bulan Desember ini,†terang Totok.
suami dari Lintang Trenggonowati ini mengungkapkan bahwa kertas apapun yang tidak terpakai atau rusak, sangat dianjurkan untuk dimanfaatkan menjadi bata. Melimpahnya limbah kertas di perkotaanlah penyebab utama Totok melakukan eksperimen ini. Limbah kertas yang ada di Jurusan tempat ia mengajar pun ia jadikan sebagai bahan baku pembuatan bata.
“Saya melakukan percobaan tersebut di laboratorium yang ia ciptakan sendiri di belakang rumah,†aku Totok. Cara pembuatannya yaitu menghancurkan limbah kertas tersebut, kemudian dicampur dengan semen, dan dipress, kemudian dicetak. Dalam sehari, ia bisa memproduksi satu buah bata. Totok juga menyampaikan bahwa keunggulan dari penggunaan limbah kertas yang diolah menjadi ‘bubur’ ini adalah lebih ringan, serta bila terkena gempa dan roboh tidak terlalu keras seperti bata biasa.
Ke depannya, ia berencana membuat rumah berdinding bata dari kertas bekas ini untuk mengenalkan karyanya pada masyarakat, seperti yang pernah ia lakukan ketika membuat rumah berdinding bata dari lumpur Lapindo Sidoarjo. Totok pun menambahkan bahwa selain melakukan penelitian, ia juga pernah menyosialisasikan dan mengaplikasikan langsung penggunaan bata dari bahan alternatif pada rumah penduduk di Kraksaan, Probolinggo.
Rumah berdinding bata tahan gempa ini akan cocok diaplikasikan di perkotaan, karena limbah kertas lebih banyak berada di perkotaan. Selain itu, untuk diaplikasikan di pedesaan menjadi tidak efisien energi dan transportasi.
Di akhir wawancara, pria berkacamata ini mengaku tak sanggup memasarkan sendiri hasil temuannya. Oleh karena itu, jelaslah ia nantinya menggandeng pabrik untuk memasarkan bata bubur kertas ini. Rencananya, produk yang belum diberi nama ini akan segera dipatenkan. Juga kemungkinan bekerjasama dengan pihak luar negeri. “Ya, tak menutup kemungkinan untuk itu,†pungkas Totok sambil tersenyum. (m6/hoe)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,