ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
15 November 2010, 14:11

Belajar Permodelan Komputasi dari Biologi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Prof Dr techn Drs Mohammad Isa Irawan MT atau yang akrab disapa Isa ini adalah dosen Jurusan Matematika ITS. Dan pada Senin (4/10) lalu, Isa menjadi salah satu dosen yang dikukuhkan menjadi Guru Besar ITS. Biologically Inspired Computing adalah topik yang Isa angkat dalam orasi ilmiahnya pada hari pengukuhan sebagai Guru Besar. Bidang ini merupakan permodelan komputasi yang terinspirasi oleh fenomena biologi. Dimana JST termasuk salah satu penerapannya.

"Ide JST berasal dari jaringan syaraf manusia yang dimodelkan dalam bentuk matematika sehingga dapat dijdikan permodelan komputasi," tutur Isa. Ayah tiga orang anak ini juga mengungkapkan bahwa aplikasi JST sangat luas. JST, lanjut Isa, sudah banyak dinikmati hasilnya dalam mendukung percepatan penyelesaian masalah pada beberapa bidang ilmu yang mempunyai karakteristik mengenali pola data, pengklasifikasian, pengklusteran, ekstrapolasi atau intrapolasi, dan optimasi terutama optimasi tidak berkendala (unconstraint optimization).

Bidang ini Isa kenal ketika ia mengenyam pendidikan S3 di Technische Universität Wien Austria 15 tahun yang lalu. "Pikiran saya terbuka untuk menggali lebih dalam akan fenomena alam yang bisa dibuat sebagai model komputasi secara lebih komprehensif dan mendasar," ungkap pria yang pernah menjadi dosen Teknik Informatika di Universitas Surabaya, Universitas Kristen Petra, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya ini. Itulah yang pada akhirnya membentuk pemikiran Isa bahwa peran seoarang matematikawan saat ini sudah tidak bisa dipisahkan dengan .peran komputer dalam mempercepat komputasi.

Keberhasilan Isa mendapat beasiswa untuk studi S3 di Technische Universität Wien Austria terbilang cukup unik. Ketika itu ia mengajukan beasiswa ke beberapa kedutaan besar di Jakarta melalui surat. Dari sekian banyak kedutaan besar yang Isa kirimkan surat, kedutaan besar Austrialah yang pertama kali merespon. "Saya diminta untuk mengikuti tes ke Jakarta dan saat itu saya sedang tidak punya uang sehingga saya biarkan saja," tuturnya.

Tak lama setelah itu, Isa dihubungi lagi oleh pihak kedutaan besar Austria. "Rupanya tesnya dipindah ke Jogjakarta," terang dosen yang hobi membaca majalah manajemen ini. Dan sayangnya menurut Isa biaya ke Jogjakarta pun masih mahal sehingga panggilan itu tetap ia biarkan. "Terakhir saya mendapat kabar bahwa ternyata ada tes khusus wilayah Timur dan lokasinya di ITS," ungkap Isa lagi. Pada akhirnya Isa mengikuti tes di ITS dan menjadi satu dari delapan orang dari Indonesia bagian Timur yang menerima beasiswa S3 di Technische Universität Wien Austria. (sat)

Berita Terkait