Dosen yang kerap disapa Arief ini, dalam risetnya mengangkat permasalahan tentang Aplikasi Teknologi Biokimia dalam Pengadaan Energi Terbarukan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan hemiselulosa yang terkandung dalam limbah untuk dikonversikan menjadi bioetanol. “Ini berbeda dengan kebanyakan energi alternatif yang umumnya memakai selulosa,†ujar dosen Teknik Kimia ini.
Dalam penelitian yang mengantarkannya menyandang gelar profesor, Arief mengaku mengambil sampel beberapa limbah. “Saya menggunakan jerami padi, dedak gandum,dan tandan kelapa sawit,†tutur Peneliti Terbaik ITS tahun 2009 ini.
Dijelaskan Arief, keberadaan hemiselulosa yang mengandung xilosa jumlahnya terbanyak kedua di dalam limbah. “Jumlahnya sekitar 20%â€,sedangkan untuk selulosa bisa mencapai hingga 50%,†ujar Arief. Dipaparkan lulusan Teknik Kimia angkatan 1985 ini, dalam proses fermentasi xilosa, dirinya menggunakan enzim xilanase agar dapat dihasilkan bioetanol. “Selama ini enzim ini hanya digunakan untuk pendehidrasian klorin di industri pulp dan kertas,†ujarnya.
Pria kelahiran Surabaya tanggal 23 Mei lalu ini, juga dikenal produktif menghasilkan publikasi internasional dalam bentuk jurnal. Tak kurang dari belasan jurnal internasional dipublikasikan lulusan Osaka Prefecture University ini. “Selama ini saya memang menargetkan bisa menghasilkan satu jurnal dalam setahun,†ujarnya.
Ditanya mengenai makna gelar profesor yang disandangnya saat ini, Arief menanggapi hal tersebut sebagai sebuah tanggung jawab. “Hal tersebut bisa menjadi motivasi untuk terus meneliti,†ujarnya. Selain itu, Arief juga menilai jika gelar tersebut merupakan jenjang karir yang harus dilalui. Temasuk ketika dosen tersebut sudah cukup banyak menghasilkan publikasi internasional dan mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi.
Terpanggil Menjadi Dosen
Setelah lulus dari Teknik Kimia ITS di tahun 1990, Arief mengaku sempat melamar pekerjaan di perusahaan. Ia pun diterima di beberapa perusahaan, dosen satu ini menjatuhkan pilihannya pada sebuah perusahaan flat glass. Tak bertahan cukup lama, lima bulan bekerja di industri tak membuat anggota Tim Persiapan Akreditasi S1, S2 dan S3 tahun 2009 ini cukup senang.
Sempat mendapat tawaran menjadi dosen di tahun 1991, Arief pun memutuskan meninggalkan pekerjaannya di dunia industri. “Prinsip utama dalam pekerjaan adalah kita harus menyenanginya terlebih dahulu,†ujar Arief. Menurutnya, hal itulah yang mendasari dirinya beralih profesi menjadi pengajar. Selama menjadi pengajar maupun peneliti, prinsip untuk tetap konsisten menjadi prinsip utama. “Konsisten agar kita profesional di setiap bidang yang ditekuni,†pungkasnya. (fi/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan