Ruangan Pembantu Dekan (PD) Fakultas Teknologi Industri (FTI) tampak hening. Hanya terdengar bunyi klasik keyboard dari meja dosen yang kerap disapa Mahfud. Ia satu-satunya penghuni ruangan siang itu. Sekilas, ia terlihat lelah. Namun, senyumnya tetap mengembang saat berbagi cerita mengenai hidupnya.
Pria kelahiran 2 Agustus 1961 ini memang sudah mengabdikan diri di ITS sejak 1996 silam. Setelah meraih gelar doctor di Institute National Polytechnique de Lorraine, Nancy, Prancis, ia kembali ke kampus dan jurusan yang membesarkannya, ITS dan Teknik Kimia. Baginya, ITS-lah awal dari perubahan pada dirinya.
“Disini, saya jadi berani berkomunikasi,†ungkap PD I FTI tesebut. Mahfud, tak ubahnya siswa SMA lain yang terkadang sering gelisah berbicara dengan orang lain. Sebab, semasa SMA, Ia tak pernah tergabung dalam organisasi. Jika siswa lain sepulang sekolah bisa bermain atau berorganisasi, ia dengan senang hati membantu orang tuanya.
Mahfud adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Bukan si sulung yang wajib memanggul beban lebih. Bukan pula si bungsu yang bisa sedikit manja setiap saat. Meski begitu, ia selalu berusaha tak membebani orang tuanya. Hal tersebut sudah dilakoninya sejak masih duduk di Sekolah Dasar (SD).
“Saya belajar di SD tanpa biaya alias gratis,†ujar Kepala Laboratorium Proses Kimia ini. Apa yang dilakukan Mahfud untuk membantu orang tua semasa SD, jelas tak pernah ada dalam bayangan anak SD zaman sekarang. Sebelum pelajaran di kelas dimulai, ia bergegas menjual makanan ringan. Saat istirahat tiba pun, hal serupa langsung ia lakukan.
“Saya tidak pernah malu dengan teman,†tandasnya. Bahkan, setiap bel pulang sekolah berbunyi, ia selekas mungkin menyiapkan kain pel. Ya, sebagai cleaning service. Beralih ke masa SMP dan SMA, ia tak lantas stop begitu saja dari aktivitas menjual makanan. Baginya, pekerjaan itu mudah dijalani. Tak heran, jika masa SMA-nya belum diwarnai kegiatan organisasi.
Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca di perpustakaan. “Waktu SMA, saya baru kenal perpustakaan,†imbuhnya. Terlebih lagi, perpustakaan itu menyediakan buku-buku kepribadian, agama, dan motivasi. Sampai saat ini, membaca masih menjadi senjatanya membuka wawasan tentang dunia serta memotivasi diri sendiri.
Ia mengenal organisasi dari bangku kuliah. Keinginan berorganisasi datang dari ajakan sang teman, ia tak segan belajar banyak hal. “Saya juga belajar jadi pemimpin,†ungkap Ketua III Masyarakat Kluster Industri Berbasis Tebu (Maskibbu). Baginya, pemimpin itu memiliki visi, skill manajemen, pengalaman, serta harus memikirkan anak buah. Satu hal penting yang harus dimiliki pemimpin adalah ikhlas.
Dengan prinsip tersebut, ia acapkali diamanahi sebagai seorang pemimpin. Mulai dari Ketua Jurusan Teknik Kimia tahun 2003, Ketua Penyunting Jurnal Industri FTI, Ketua Harian Presidium KAHMI wilayah Jawa Timur, sampai Ketua Remaja Masjid Kemayoran tahun 1983 silam. Menurutnya, belajar menjadi pemimpin itu sama halnya dengan belajar pada orang yang lebih dahulu sukses.
“Saya paling ingat cerita sukses Dahlan Iskan,†lanjut pria yang menguasai bahasa Prancis. Cerita pendiri Jawa Pos yang kini tersohor memang memberinya ilmu baru. Mau berusaha dari nol, berani membuat peluang, dan tidak takut gagal. Selain ilmu, sosok Dahlan memberinya pengalaman kursus jurnalistik. “Saya tertarik banyak hal. Jadi, saya juga ikut kursus,†tambahnya.
Saat ini, pria yang pernah meraih penghargaan sebagai peneliti terbaik ITS, masih disibukkan dengan hal-hal yang dianggapnya sebagai proses baik dalam hidupnya. Tak hanya menggeluti profesi sebagai dosen ataupun peneliti, saat ini ia menggarap beberapa buku. Baik itu buku kuliah, motivasi ataupun keagamaan. Tak jarang, ia juga membantu sang istri yang membuka sebuah apotek.
Perjalanan hidup yang cukup sulit sejak kecil itu, banyak menanamkan sifat-sifat positif pada dirinya. “Saya lebih ulet,†ungkapnya. Selain itu, ia juga menjadi orang yang mampu bertahan dalam segala kondisi. Belajar tidak mengeluh, optimis, dan mensyukuri hidup.
Ingin Yang Terbaik Untuk ITS
Terkait pencalonannya sebagai Bacarek ITS, Ia mengusung sebuah motto kampanye yang berbunyi "memberi yang terbaik untuk ITS". Menurut Mahfud, dalam kalimat motto tersebut, masih tersembunyi beberapa kata hingga berarti "berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan ITS".
Hal tersebut berangkat dari nilai-nilai perjuangan 10 Nopember. “Ada komitmen. Ketulusan, kesabaran, dan keimanan,†tuturnya. Bagi Mahfud, nilai-nilai perjuangan ini harus dijaga dan diwujudkan dalam bentuk semangat dalam bekerja. Seperti, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Dengan begitu, ia harap kodisi ITS semakin baik.
Ia juga ingin adanya kolaborasi yang luas dengan pihak nasional maupun internasional untuk semua jurusan di ITS. Selama ini, kerja sama dengan pihak internasional hanya digawangi beberapa jurusan saja.
Jika ditanya kondisi yang masih kurang di ITS sekarang, sembari tersenyum ia menjawab suatu hal harus dilihat positifnya. Lebih lanjut Mahfud mengungkap, ITS selalu mengalami perubahan yang signifikan dari rektor pertama hingga rektor yang menjabat saat ini. “Lahan ITS luas, mahasiswa dan dosen pintar, itu positif,†ungkapnya.
Namun, ITS masih belum mencapai poin internationally recognized. “ITS masih belum punya rangking dibanding universitas internasional,†imbuhnya. Kontribusi pada masyrakat harus lebih meningkat lagi. Sebab, menurut Mahfud, hal tersebut berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan civitas akademik ITS.
Satu harapannya yang tidak lain harapan seluruh waraga ITS yakni kemajuan ITS. “Jika kita mau berusaha bersama, kita pasti bisa maju bersama membangun ITS,†pungkasnya. (esy/bah)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,