Ada keterkejutan tersendiri bagi semua anggota tim Bushido. Tidak pernah ada yang menyangka penghargaan yang mampu diraih justru datang dari kostum yang mereka kenakan. Tak terkecuali sang Pembina yang telah lama menaruh hati pada dunia Jepang, Anik Amaliyah. “Biasanya kami dapat juara kategori koreo,†ungkapnya sembari tersenyum.
Bukannya acuh terhadap masalah kostum. Tim Bushido memang menaruh perhatian lebih pada koreo tim. Hal itu memang sengaja dilakukan sejak dimulai open recruitment anggota tim, Maret lalu. Untuk mendukung koreo, Anik pun harus selektif memilih anggota tim yang tentunya sesuai dengan koreo tersebut.
“Cukup sulit juga mencari orang yang sesuai dengan koreonya apalagi yang mudah berekspresi,†ujar pengajar Bahasa Jepang di UPT Bahasa ini. Mengenai ekspresi, Anik sangat paham karakter anggota timnya. “Mahasiswa ITS kan kebanyakan laki-laki. Gerakan kurang luwes,†tutur Anik. Untuk itulah, Anik sengaja menyiapkan koreografer laki-laki.
Mahasiswa prodi Desain Produk bernama Ricky Sebastian lah yang menjadi pilihannya. Ada alasan lain yang mengharuskan Anik memilih Ricky. “Dia sudah ikut di tim ini 2 tahun,†tambahnya. Diakui, Ricky memang koreografer yang bisa diandalkan. Menurut Anik, sejak terpilih, Ricky rajin browsing gerakan di internet sembari menyelaraskan gerakan tersebut dengan koreo tim yang pernah diikutinya.
Akhirnya, tercipta gerakan yang diberi tema Bushido. “Bushido ini berarti samurai. Biar gerakannya tidak menyulitkan yang laki-laki,†tawanya renyah. Sebelumnya, tim yang dibina Anik ini selalu memiliki koreo yang bertema. Jika tahun 2009 koreo bertema nami alias ombak, sedangkan mereka menggunakan tema angin untuk tahun 2008. Mungkin terkesan aneh, tapi justru itulah keunikan tim ini.
Setelah koreo siap dengan 8 x12 gerakan, audisi segera dilakukan selama kurun waktu sebulan. Audisi ini memang secara khusus mengerucutkan jumlah pendaftar menjadi 30 orang anggota tim. “Yang terpilih 10 laki-laki dan 20 perempuan,†ulasnya. Bagi Anik, tim yang terbentuk ini memiliki nilai lebih tersendiri dibanding tim lain. Dimana anggota tim tak hanya terdiri dari mahasiswa ITS melainkan mahasiswa luar ITS juga.
Setelah terpilih 30 orang pun, anggota tim tetap diuji terkait kesanggupan mengikuti latihan selama tiga bulan serta kesanggupan biaya untuk kostum. “Masalah kesanggupan itu cukup penting lho,†tambahnya. Dengan jadwal latihan setiap Sabtu-Minggu, ditakutkan mereka yang tidak sanggup akan berhenti ditengah jalan.
Jika melihat kegigihan Anik mempersiapkan koreo tim, maka tidak heran jika selama ini tim selalu menyabet penghargaan kategori koreo. Mulai tahun 2005 sebagai awal keikutsertaan tim CLC ITS di Festival Yosakoi, tim sudah menggondol juara tim paling semangat. “Maklum anak ITS kan jagonya kalau disuruh semangat,†tutur Anik lagi. Tahun 2006, tim CLC ITS sudah meraih juara 1 dan disusul tahun 2007 hingga 2009, tim juga meraih juara ke 2 kategori koreo.
Anik sendiri tak masalah jika kali ini kategori koreo tak mampu ditaklukan timnya. Sebab, ia lebih menekankan proses daripada hasil. Ia sudah cukup senang tim Bushido mampu meraih juara di kategori kostum. Apalagi bila melihat kebersamaan tim saat menentukan desain baju yang mereka kenakan tersebut. “Yang membuat desain anak Arsitektur,†terangnya. Anik mengungkap, model baju dibahas panjang lebar hingga tak ada yang merasa kecewa dengan hasil desain.
Hasilnya sungguh fantastis, mereka menggabungkan versi Jepang di rompi dan batik Jawa di dalamnya. Satu hal yang disoroti anggota tim adalah tulisan Jepang di baju di bagian punggung, yakni Dai Ichi Dai Man Dai Seichi yang berarti one for all and all for one.
Bagi Anik perpaduan kostum atau pun koreo ini memiliki maksud tertentu. “Di Jepang, budaya kita diapresiasi dengan luar biasa. Kita pun perlu menghargai budaya lain,†tutur Anik sembari memperlihatkan benda lain yang digunakan saat lomba, naruko dan perkusi. Rasa saling menghargai tersebut, lanjut Anik, akan menciptakan keseimbangan budaya.
Untuk Festival Yosakoi 2011, Anik ingin melakukan gebrakan baru. Ia akan mencoba mempersiapkan tim Remo yang turut dilombakan di Festival tersebut. “Sampai sekarang, kita hanya ikut untuk tari Yosakoi saja,†jelasnya. Anik sendiri akan segera mempelajari tari Remo untuk mengajar timnya nanti. Ia pun berharap, tim yang terbentuk tahun depan mampu berjuang semaksimal mungkin. (esy/fn)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung