Sebelum menelisik lebih dalam mobil SA 2 ini, mungkin yang segera terlintas adalah nama mobil yang sarat kelebihan tersebut. Ya, sapu angin. Sepintas saja terlihat tak memiliki suatu keistimewaan. Namun, nama mobil karya arek Teknik Mesin ITS ini nyatanya berkiblat dari nama salah satu ajian Sunan Kalijaga.
“Konon ajian Sunan Kalijaga (salah satu penyebar agama islam, red) ini dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah,†jelas Alfian Hudan Nuzula, salah satu anggota tim SA 2. Nama ini pun merefleksikan desain sapu angin yang berdasarkan konsep aerodinamika, berat yang ringan, material terbaik, dan sistem kontrol yang baik untuk mendapatkan efisiensi maksimal penggunaan bahan bahar.
Sedikit informasi, tim SA dahulu tak terbagi menjadi dua tim, yakni SA 1 dan SA 2. Berawal dari persyaratan tim yang dapat mengikuti ajang SEM di Sirkuit Sepang, akhirnya muncul tim SA 2. “Anggota tim Sapu Angin berjumlah 16 orang. Sedangkan, yang diperbolehkan mengikuti hanya tujuh orang,†tutur sang driver mobil SA 2.
Setelah tim dibentuk bulan Januari lalu, tim sempat mengalami kendala. Alfian mengaku konsentrasi tim sapu angin menjadi terpecah. “Sepertinya kami kekurangan peserta. Jadi, dibuat kesepakatan ketika mobil SA 1 selesai, tim SA 1 akan membantu pengerjaan SA 2. Begitu pula sebaliknya,†tambah mahasiswa angkatan 2005 tersebut.
Untuk ajang SEM sendiri, tim SA 2 memang tak berkutat pada kelas prototype layaknya tim SA 1. Mereka lebih fokus pada kategori urban concept vehicle. Dalam artian mendesain dan membangun kendaraan roda empat yang sifatnya konvensional dan realistis untuk digunakan sebagai kendaraan urban perkotaan saat ini.
Dengan bimbingan Ir Witantyo MEng Sc, bulan Februari tim SA 2 memulai pengerjaan mobil SA 2 yang cukup menyita tenaga, pikiran, dan waktu. “Kami belum pernah membuat mobil juga belum pernah mengikuti even internasional. Jadi, ingin membuat hasil yang maksimal,†ujar Alfian lagi.
Berbekal kemampuan dan semangat yang tim SA 2 miliki, mereka langsung mempelajari contoh mobil di internet. Tak lupa, mereka pun berguru ke PT Marulin Maju Utama milik salah satu alumni Teknik Mesin ITS terkait berbagai hal tentang mobil. “Kami belajar cara buat body juga cetakan,†terangnya sembari menuturkan ilmu tersebut memunculkan kemampuan baru mereka, yakni mampu membuat body itu sendiri.
Setelah bergelut dengan contoh mobil dan ilmu pembuatan bentuk mobil, mereka langsung menggabungkan keduanya seperti desain yang diimpikan. “Awalnya cetakan yang kami buat tidak sama dengan desain yang kami inginkan,†ungkap Alfian. Kesulitan tersebut pun menggugah Alfian bersama timnya untuk mengubah desain agar mudah dibuat.
Kesulitan utama tim jelas terletak pada dana. Dengan dana yang ada, mereka membuat kerangka dari barang loak. “Banyak yang kami beli di pasar loak. Salah satunya, besi,†lanjutnya. Untuk mesinnya, mereka hanya menggunakan mesin pabrikan motor biasa yang mampu dimodifikasi hingga 70 persen. Tak ketinggalan, teknologi Kinetic Energy Recovery (KERS) pun diterapkan untuk efisiensi energy.
Nyatanya, kendala pembuatan mobil masih saja mendera tim SA 2. Body yang telah dibuat agak miring hingga cukup menyulitkan untuk dikendarai nantinya. Bahkan, fiber yang digunakan bagian dalam mobil pun masih belum kering. Berbagai kesulitan ini bisa saja membuat tim drop di tengah jalan. Namun, semangat disertai kekonyolan anggota tim mampu menjadi suntikan semangat baru.
“Saat kami cukup pusing dengan pengerjaan ini, ada saja ulah teman-teman yang mengundang tawa," tuturnya. Pernah ada anggota tim yang langsung menyalakan mesin mobil padahal kabel busi belum terpasang. Ada pula anggota tim yang sempat merasakan "nikmatnya" tersengat aliran listrik.
Semangat itu akhirnya tumbuh dari rasa saling support. “Jelas, kami capek harus merelakan waktu istirahat malam untuk begadang menyelesaikan pembuatan mobil. Pagi kami kuliah sampai siang, tidur sebentar, lanjut kerja lagi dari sore sampai pagi lagi. Tapi kami punya tanggungan untuk teman, dosen, ITS, dan Indonesia yang telah mensupport kami,†ulas Alfian panjang lebar.
Salah satu ruang khusus pengerjaan di lantai empat jurusan Teknik Fisika-lah yang menjadi saksi perjuangan tim SA 2 dari nol hingga tercipta mobil tangguh tersebut bulan Mei lalu. Meski mobil urban tersebut telah usai, mereka tak berdiam diri hingga kompetisi internasional itu tiba. Setiap hari mereka melakukan uji di Kenjeran. Hampir Rp 1 juta dalam sehari mereka habiskan untuk menutupi segala kekurangan mobil.
“Mobil ini pernah ambrol (rusak, red) sedikit di Kenjeran karena belum kami las,†imbuh Alfian. Tak hanya itu, saat uji posisi setir diketahui tidak center hingga menyulitkan Alfian untuk mendalami karakter mobil dan jalanan yang dijadikan sebagai tempat uji. “Gir juga pernah pecah. Jadi, sebelum lomba di Malysia, kami mencari komponen-komponen cadangan untuk mobil,†lanjutnya.
Akhirnya, tepat sebelum bertolak ke negeri tetangga tersebut, mobil SA 2 mampu diselesaikan dengan meski masih dirasa kurang maksimal. Bagi kita yang melihat pencapaian luar biasa tim SA 2 di Sirkuit Sepang, tentulah beranggapan yang sama. Jika hasil kurang maksimal saja mampu menjadi juara bagaimana jika tim SA 2 merasa hasilnya sudah maksimal.
Lihat saja, SA 2 mampu mencatat rekor mobil teririt dengan jarak tempuh 236,6 kilometer setiap satu liter bensin lewat bahan bakar gasoline yang digunakan. Bahkan, bobot mobil yang terlihat besar tersebut hanya 93 kilogram. Padahal, berat maksimal mobil yang dapat dilombakan haruslah 200 kilogram. Fantastik.
“Kami tak hanya fokus di sisi penghematan bahan bakar, tetapi juga melihat dari sisi kenyamanan pengendara,†terang Alfian. Sehingga, kendaraan Sapu Angin 2 diharapkan bisa menjadi mobil urban atau city car yang nyaman digunakan sehari–hari serta ditargetkan dapat diproduksi 25-30 tahun mendatang.
Kedepan, Alfian bersama tim SA 2 masih akan melakukan evaluasi pada mobil SA 2. “Kontruksi rangka masih harus diperbaiki dengan memperlebar dimensi serta memperkecil bobot lagi,†ulasnya. Tak lupa, mereka juga akan konsen kuliah mengingat hampir semua tim SA 2 sudah memasuki tahap akhir perkuliahan. (esy/bah)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi