Terinspirasi dari gerakan anti Global Warming yang digencarkan Departemen Sosial BEM ITS, Lutfiana Maryetin, ketua Departemen Media dan Informasi mengungkap bahwa Vivat telah beralih menjadi majalah digital sejak November lalu. “Mereka mengajak anti Global Warming, masa kita malah membuang-buang kertas?†celoteh Lutfi sapaan akrab gadis berkacamata ini.
Menurut Lutfi, mahasiswa sekarang yang memiliki minat baca majalah, hanya segelintir orang. Mereka lebih tertarik pada jejaring sosial yang memang sedang booming. “Meski majalah itu contentnya bagus, kebanyakan orang cuma melirik,†tutur mahasiswi Jurusan Statistika tersebut.
Selain ingin menarik minat pembaca, biaya juga menjadi alasan diadakannya inovasi ini, lanjut Lutfi,. “Dulu ongkos cetak sekitar Rp 3.5 juta, sekarang naik dua kali lipat hingga hampir Rp 6 juta,†jelas Lutfi. Ia menambahkan electronic magazine (e-magz) akan banyak digandrungi pers terutama pers mahasiswa.
Soal eksistensi, Vivat tak perlu diragukan lagi. Sejak akhir 90-an, majalah ini selalu terbit satu atau dua edisi sesuai dengan kondisi yang ada. Tak hanya itu, bulletin yang menjadi salah satu bagian pers Vivat juga tetap diterbitkan setiap bulannya. “Yang baru dari vivat adalah majalah dinding. Mading ini dibagi menjadi dua, mading pengumuman dan wacana,†ujar Lutfi yang juga mahasiswa angkatan 2006 ini.
Periode kepengurusan tahun ini, Edisi pertama Vivat tetap menjadi edisi perkenalan seperti sebelumnya. Sedangkan, edisi kedua yang tahun lalu membahas pemilihan rakyat ITS beralih dengan tajuk Vivat edition Paperless dengan topik politik. “Sekarang hanya sedikit mahasiswa yang interest dengan politik. Jadi kami angkat isu politik mulai dari ITS, regional sampai nasional,†ungkap Lutfi. Diantaranya, isu kantin pusat, Forum Kajian Hasil Mubes 3, dan iuran ikoma.
Dari segi regional, Vivat akan mengupas detail profil Gusti, mahasiswa Despro yeng memiliki yayasan pendidikan bagi anak jalanan serta fenomena dan tanggapan mengenai pemilihan walikota. “Kita juga membahas evaluasi 100 hari pemerintahan SBY yang banyak menuai pro-kontra,†lanjut Lutfi lagi.
Vivat Ajak Kolaborasi Pers Lain
Keinginan Vivat untuk berkolaborasi dengan media komunikasi jurusan mulai terwujud. Kini Vivat telah bekerjasama dengan Dimensi yang tak lain merupakan media komunikasi Teknik Mesin. “Kami akan membuat majalah yang isinya membahas karya anak ITS,â€jelas Lutfi. Ia juga mengungkap karya yang akan ditampilkan berbasis sains, teknologi, dan seni.
“Selama ini, karya anak ITS sudah banyak diketahui sekilas melalui pemberitaan di website ITS ataupun majalah Itspoint,†lanjutnya. Hal tersebut mendasari pembuatan majalah yang akan membahas lebih independen dari berbagai segi yang tidak diperoleh dari berita.
Kolaborasi lain yang sedang digencarkan Vivat sebagaimana tercantum pada rapat konsolidasi (9/2) lalu berupa pembuatan buku aspirasi sebagai kado tahun emas ITS. “Kami mengajak semua pers yang mau bekerjasama. Ini juga menjadi cara membangkitkan eksistensi pers jurusan,†ungkap Lutfi lagi.
Uniknya, buku itu akan berisi 30 artikel pemikiran kritis mahasiswa terhadap bangsa. Jumlah artikel disesuaikan dengan jumlah jurusan. Sehingga artikel yang dibuat harus sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. “Misalnya, mahasiswa Teknik elekto menyampaikan pemikirannya terkait masalah listrik,†pungkas Lutfi. (esy/fn)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi