ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
04 Maret 2010, 14:03

Dari Mahasiswa ITS untuk Dolly

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Iringan suara karaoke menggelegar mengiringi canda tawa anak-anak di sekitarnya. Di antara wisma-wisma yang berjejer rapih, terdapat satu tempat yang rutin dikunjungi oleh anak-anak tersebut. Mereka menyebutnya taman baca. Sepetak ruang kecil yang didedikasikan oleh salah seorang warga untuk aktifitas sosial. Sesuai dengan namanya, di tempat ini berjejer rapih aneka jenis buku mulai dari buku pelajaran sekolah, buku bacaan, cerita pendek sampai buku pengetahuan umum.

Walaupun dikelilingi tempat-tempat mesum, namun setiap pekan anak-anak selalu berkumpul di Taman Baca. “Ayo kak, tuliskan soal matematika di bukuku,” pinta Ricky, salah seorang anak itu kepada pengajar.

Itu adalah sedikit cuplikan dari aktifitas sosialisasi kepada anak-anak yang sedang dilaksanakan oleh beberapa mahasiswa ITS. Mereka adalah salah satu tim yang PKM-nya disetujui oleh DIKTI untuk dilaksanakan. Mengambil sasaran serta wilayah yang tidak jamak, mereka mengaku justru inilah esensi pengabdian masyarakat.

“Kami tergerak untuk memproteksi anak-anak di sini agar tidak terwarnai oleh lingkungannya,” tutur Faishal Mufied Al Anshary selaku ketua kelompok.

PKM yang mereka usung berjudul “Pembinaan Mentoring Anak-anak sebagai Sarana untuk Menumbuhkan Nilai-Nilai Ilmiah, Penanaman Moral dan Wahana Penyalur Minat dan Bakat di Daerah Prostitusi Dolly Surabaya”. Tim ini juga beranggotakan Bahrowi Adi Wijaya, Ghoni Febri dan Nur Huda.

Mahasiswa yang akrab dipanggil Faishal ini menambahkan, dengan programj ini, para peserta sudah memiliki sedikit bekal hidup ketika beranjak remaja kelak. “Tidak hanya ilmu agama saja namun juga pembekalan dunia seperti kemandirian hidup. Kami ingin menekankan bahwa tidak hanya pekerjaan yang ada di sekitar mereka saja yang bisa mereka lakukan untuk mencari nafkah,” ungkap mahasiswa Sistem Informasi ini.

Untuk mewujudkan hal itu terdapat serangkaian kegiatan yang bakal dilaksanakan selama tiga bulan ke depan mulai awal bulan Maret 2010. Mulai dari outbond di lingkungan sekitar mereka, pelatihan sholat, melakukan kunjungan profesi, membuat kerajinan tangan dan lain-lain. “Melalui program kerajinan kami ingin melatih kreatifitas serta kemandirian anak-anak sejak dini,” aku pria asal Surabaya ini.

Selain itu, tim ini juga mempunyai harapan yang cukup besar lewat aktifitas ini yakni mengikis kegiatan di lingkungan hitam ini, sedikit demi sedikit. “Karena yang kami lakukan ini babat alas dan dilakukan dari bawah semoga anak-anak di sini tidak terkurung dalam lingkungannya dan bisa melihat dunia luar,” ulasnya.

Selain mengandalkan sumber daya manusia dari internal, tim ini juga dibantu dari beberapa pengajar yang berasal dari beragam kampus. Termasuk dukungan dari beberapa warga serta fasilitas tempat di sekitar Dolly.(hoe/bah)

Berita Terkait