Awalnya tidak pernah terbesit keinginan dari Ziadatul khasanah untuk kuliah di ITS. Dibesarkan dalam lingkungan pesantren yang kental, mahasiswa yang akrab dipanggil Zia ini justru lebih tertarik kepada ilmu-ilmu agama. Tapi semuanya berubah ketika ada penawaran beasiswa dari Departemen Agama (Depag) untuk siswa-siswi pondok pesantern di Solo.
“Dorongan dari ayah membuat saya mantap untuk mengikuti seleksi beasiswa dari Depag,†tutur zia. Jurusan yang dipilih adalah Teknik mesin ITS. “Jurusan Teknik mesin ITS merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia,†terang Zia.
Awal-awal tiba di Surabaya, Zia sempat agak kaget dengan kultur masyarakat Surabaya, yang menurutnya agak keras. “Setelah mengenal dan beradaptasi, ternyata masyarakat Surabaya sebenarnya ramah-ramah dan jiwa sosialnya tinggi,†kata mahasiswa angkatan 2007 ini. Lingkungan di ITS yang heterogen membuat ia mampu beradatasi dan bersosialisasi.
Di tengah rutinitas dan kesibukanya sebagai seorang mahasiswa, Zia juga tak pernah melupakan targetnya selama kuliah. “Saya ingin bisa hafal Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan sumber seluruh pengetahuan,†ujar alumnus SMA AS-Salam ini. Selain itu, Zia juga ingin lulus tepat waktu, sehingga ia bisa segera mengaplikasakan dan memberikan sumbangan terhadap pondok pesantrennya. Sesuai dengan tujuan dari beasiswa yang diberikan Depag kepada dirinya.
Bebeda dengan Zia, Ridhati Amalia justru dari awal tertarik masuk ke ITS, hal ini tak lepas dari berbagai cerita tentang ITS dari kakaknya, yang merupakan mahasiswa Teknik Industri ITS. Jurusan Teknik Sipil ia pilih lantaran terinspirasi ketika melihat renovasi rumahnya. Dari itu semua ia mulai tertarik untuk terjun di dunia teknik sipil. â€Saya ingin bisa membangun dan merancang rumah saya sendiri,†kata Ridha.
Awal masuk ke kampus ITS ia lumayan kaget dengan cara berbicara orang-orang Surabaya yang menurutnya ceplas-ceplos. Terutama “gramernya†Surabaya itu. Apalagi ia juga baru masuk ITS pada tahun 2008. Tapi setelah dijelaskan oleh teman-temanya, ia menjadi tahu dan maklum dengan itu semua. Apalagi masyarakat Surabaya ternyata sangat ramah dan bersahabat dengan siapa saja. “Memang sempat shock juga mendengar ‘gramer’ itu, kan di solo saya juga jarang mendengar kata-kata itu,†ujar Ridha.
Kini kesibukan mahasiswa yang rajin puasa senin-kamis ini lebih terfokus kepada kuliah dan menyiapkan beberapa kegiatan jurusan yang akan berlangsung. Menurutnya berbagai kegiatan yang ada di ITS secara tidak langsung melatih soft skill-nya. “Apalagi para senior dari Teknik Sipil selalu membantu saya untuk bisa belajar dalam melatih soft skill saya,†terang alumnus SMAN 1 Kertasura ini. (nay/mtb)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan