Bertajuk Seeking Opportunity in Digital Era, alumnus Teknik Industri ITS tersebut menerangkan bahwa saat ini seluruh dunia sedang berlomba-lomba untuk unggul di bidang IT. Di Indonesia sendiri, saat ini penggguna aktif ponsel ada sekitar 281,9 juta orang. Artinya setiap orang di Indonesia memegang 1,13 unit ponsel. "Sedangkan, pertumbuhan pengguna internet kita naik dua kali lipat dari tahun 2015 hingga menyentuh angka 83 juta," paparnya.
Pria berkacamata tersebut menerangkan, kedepannya, kecepatan internet akan semakin cepat. Saat ini saja Indonesia sudah mencanangkan penggunaan 5G padahal seperti yang kita ketahui belum semua orang menggunakan 4G. "Orang tidak akan puas hanya dengan melihat gambar diam, mereka akan meminta yang lebih lagi. Di sini pelaku bisnis harus banyak berinovasi," jelasnya.
Semakin berkembangnya sektor IT, menjadi angin segar bagi sektor industri kreatif. "Salah satu industri yang gencar memanfaatkan internet sebagai tempat pemasaran utama adalah ekonomi kreatif. Sebut saja e-commerence, youtube, dan instagram, maupun sosial media lain yang menjadi rumah bagi pelaku industri kreatif untuk memasarkan produknya," tambah Fadjar.
Berada di bawah Badan Ekonomi Kreatif, industri kreatif sendiri memiliki enam belas sub sektor. Hal ini meliputi aplikasi dan game development, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk. Ada juga fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi serta radio.
Fadjar menambahkan, mungkin 16 sub sektor tersebut terlihat sederhana tetapi disadari atau tidak pengeluaran kita pada sektor-sektor industri kreatif tersebut sangatlah besar. "Apps misalnya, sampai hari ini di iTunes ada 25 miliar lagu yang diunduh dan ada 50 miliar pelanggan apps yang mendengarkan lagu dari iTunes. Bayangkan, berapa banyak uang yang telah disumbangkan Indonesia kepada Apple?," tanyanya.
Sektor Industri Kreatif sendiri di tahun 2015 telah menyumbang 7 persen dari total produk domestik bruto Indonesia. "Proyeksinya tahun 2019 ekonomi kreatif bisa menyumbang sampai 12 persen," imbuh mantan Direktur Utama PT Sarana Jatim Ventura tersebut.
Di Indonesia sendiri, masih banyak peluang bisnis industri kreatif yang bisa dimanfaatkan. "Indonesia punya banyak masalah yang belum teratasi. Masalah butuh solusi, dan solusi itu adalah bisnis," ujarnya.
Penyelesaiannya sendiri tidak harus hal-hal yang kompleks, "Berangkat saja dari masalah kecil yang ada di sekitarmu dan mulailah memikirkan solusinya," terang pemilik ADN Financial tersebut. (lys/ven)