ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
19 Februari 2017, 08:02

Indonesia Perlu Tingkatkan Mutu Fisika Medis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
"Sebelum 2005, fisikawan medis radioterapi sebagian besar  merupakan lulusan  Fisika UNDIP dan Fisika Teknik UGM," ungkap Djarwani mengawali seminarnya. 
Dikatakannya, pengetahuan fisika medik saat itu belum cukup disediakan kampus.Tambahan pengetahuan diperoleh dari berbagai training dan kegiatan ilmiah lain. Kondisi demikian menurut Djarwani mengakibatkan fisika medis sulit berkembang.
Sesudah tahun 2005, fisikawan medis staf instalasi radioterapi lulusan S2 meningkat, namun peningkatannya sangat lambat. Padahal kondisi globalisasi Asean Free Trade Area (AFTA) mengharuskan fisikawan medis berstandar nasional dan internasional.
Dewan Pakar Masyarakat Biomaterial Indonesia (MBI) tersebut mengungkapkan bahwa jumlah fisikawan medis tahun 2014 di Indonesia hanya berjumlah 58 orang. Berbeda jauh dengan india yang menembus angka 1.000 dan China yang berjumlah 1.700 orang.
Perbandingan lain di USA, pada tahun 2014 fisikawan medis bergelar MSc tersertifikasi sebanyak 501 orang. Sedangkan yang bergelar PhD sebanyak 879 orang. "Dibanding dengan negara lain, fisika medis Indonesia masih jauh tertinggal. Tentu saja hal ini mempengaruhi layanan fisika medis dalam negri," ungkap Djarwani kecewa.
Sebagai perguruan tinggi, ITS ditantang untuk menyiapkan individu dengan tingkat intelektual cukup dan diperlukan sebagai kandidat profesional. Khusus untuk fisika medis, Djarwani merasa kerjasama antara universitas dan rumah sakit sangat diperlukan agar pengembangan kepakaran staf kedua belah pihak seimbang. "Perkembangan fisika medis perlu percepatan sekaligus mengikuti standar internasional," pungkasnya. (id/ven)

Berita Terkait