Karina Pradinie Tucunan ST M Eng, salah seorang dosen PWK bercerita, pemilihan Kabupaten Gresik sebagai tujuan dari I Trip Budaya lantaran keunikan dari Gresik itu sendiri. "Di Gresik, terjadi banyak perpaduan budaya, lantaran aktifitas pelabuhan Gresik yang dulunya sangat terkenal," ujar wanita yang tergabung dalam tim cagar budaya PWK ITS.
Sedangkan pemilihan Kampung Kemasan sebagi ikon utama, dikarenakan keunikan arsitekturnya. Kampung Kemasan yang sudah berusia 150 tahun tersebut, memiliki perpaduan gaya arsitektur Indonesia, Cina dan Kolonial.
Keunikan tersebut, telah berhasil menarik banyak wisatawan, fotografer, mahasiswa serta peneliti dari berbagai daerah. "Keunikan tersebut yang juga menjadi alasan pembuatan aplikasi I Trip Budaya ini, dan masih banyak orang yang ingin mengetahui Kampung Kemasan," tutur wanita yang akrab disapa Karin tersebut.
Karina juga menjelaskan sejarah dari Kampung Kemasan itu sendiri. Kampung Kemasan atau yang kerap dijuluki Kota Tua ala Gresik, adalah salah satu kampung yang berada di Kabupaten Gresik. Julukan tersebut muncul karena adanya rumah Bak Lie Ong, pengrajin emas yang berada pada kampung tersebut.
Kepiawaian Bak Lie Ong dalam membuat perhiasan emas, membuat banyak warga memesan perhiasan kepadanya. Konon, karena profesi Bak Lie Ong tersebut, kampung ini begitu tenar dengan nama Kampung Kemasan.
Tak hanya dalam segi history, Kampung Kemasan juga terkenal dengan arsitektur perumahannya yang unik, yaitu perpaduan antara budaya Kolonial, Cina, Arab , dan juga Indonesia. Uniknya, rumah-rumah tersebut memiliki banyak jendela dengan daun jendela yang kebanyakan bewarna merah.
Konon, kebanyakan dari jendela tersebut adalah jendela palsu yang berfungsi untuk mengelabui pencuri.
Meskipun tak lagi berprofesi sebagai pengrajin emas, penduduk daerah tersebut masih melestarikan budaya hasil akulturasi budaya Kolonial, Cina dan Indonesia. Salah satu contohnya yaitu Pencak Macan yang merupakan akulturasi dari budaya Cina-Indonesia. (jel/oti)