Calon larva, sebutan untuk anggota baru UKM Teater Tiyang Alit menyumbang satu buah penampilan perdananya di panggung pentas tahunan tersebut. Dengan menampilkan cerita bertajuk Pembalasan Anak Yatim, belasan mahasiswa baru ini mendapat sambutan riuh tepuk tangan penonton.
Naskah yang ditampilkan bercerita mengenai anak yatim yang sombong dan ingin balas dendam kepada musuhnya, naasnya ia menagalami kesialan dan sang istrilah yang jadi korban.
Meski hanya berlatih selama dua minggu dan tergolong baru dalam teater Tiyang Alit, calon larva ini nampak siap menetas untuk tumbuh menjadi larva. "Mengenalkan calon larva bagaimana membuat sebuah pementasan. Jadi tidak hanya belajar diatas panggung, tapi mengetahui proses dibalik pembuatannya," ujar Muhammad Ishmat Ihza Pratama, Ketua acara.
Sedangkan cerita kedua yang dibawakan oleh kepompong, sebutan anggota lama Tiyang Alit, juga tak kalah dalam memukau penonton yang hadir. Mereka menampilkan drama naskah berjudul Tanpa Air dengan beberapa modifikasi di dalamnya. "Yang dimaksud dengan judul ini, yakni naskah penuh yang kemudian kita potong ditengah dengan naskah yang berbeda," lanjut Ishmat.
Dikisahkan, terdapat satu buah meja panjang dan seorang profesor serta mahasiswanya yang nampak bercakap-cakap dengan serius. Bertanya jawab, saling beropini hingga berdebat sesekali. Sang profesor yang telah renta itu pun melanjutkan obrolannya dengan nada berupa nyanyian lagu.
Tak disangka, mahasiswanya pun justru tertidur dan tak menghiraukan suara sang profesor. Alhasil, profesor pun terlihat menahan amarahnya. "Adegan ini menjelaskan generasi riil sekarang, dimana mereka sendiri yang ingin mengadakan atau berpartisipasi dalam kegiatan, namun tak acuh dengan tertidur, terlambat, atau bahkan tidak datang" ujarnya.
Di pertengahan cerita, saat seharusnya terdapat adegan pemain wanita masuk, ternyata pemain tersebut tak kunjung datang. Sang profesor sudah mencoba untuk berimprovisasi agar tidak nampak terdapat kesalahan teknis. Namun sepertinya sang pemain hilang kesabaran.
Dengan marah, ia berteriak kepada panitia mempertanyakan hal tersebut. Bahkan ia pun melempar kertas, meminta lampu dimatikan dan keluar dari panggung. "Cut.. cut..!" begitu teriaknya. Alhasil cahaya lampu yang tadinya redup itu mendadak mati seketika. Semua orang pun nampak panik dan kaget.
Namun, Plaza Dr. Angka yang mendadak gelap itu ternyata tak bertahan lama. Kebingunan penonton pun perlahan mulai sirna. Ternyata adegan tersebut merupakan salah satu isi bagian dalam cerita. "Jadi ceritanya memang kami modif, supaya berbeda," candanya.
Mahasiswa departemen Teknik Multimedia dan Jaringan tersebut juga mengungkapkan bahwa cerita dalam pentas kali ini dibuat berdasarkan referensi cerpen yang sudah ada, lalu diolah menjadi sebuah naskah.
Ia menambahkan, pentas yang digelar Tiyang Alit setiap tahunnya ini tak lain adalah untuk mengenalkan eksistensi UKM itu sendiri. "Semoga kedepan lebih banyak karya lagi yang kami hasilkan untuk membawa Tiyang Alit ITS lebih dikenal," tutupnya. (fai/akh)