ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
29 November 2016, 00:11

Memulai Startup dengan Mengubah Pola Pikir

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Berbagai aplikasi berbasis teknologi digital kini menjadi sorotan utama di mata dunia. Tak hanya sekadar memudahkan segala aktivitas manusia, macam-macam aplikasi tersebut juga membuat kegiatan menjadi lebih cepat, mudah, murah dan efisien.

"Banyak sekali startup yang saat ini dikembangkan, mulai dari asuransi sampai wadah merekrut pegawai," ujar lelaki yang akrab disapa Rama ini.
Berbeda dengan korporasi, Rama menjelaskan bahwa industri startup merupakan organisasi yang menciptakan hal baru di dalam kondisi dengan ketidakpastian yang ekstrim. Keadaan semacam ini membuat pelakunya harus berani mengambil resiko besar apabila produknya tidak banyak diminati oleh masyarakat.
"Sama seperti saat Apple mengeluarkan fasilitas 3G, mereka tidak tahu apakah pelanggannya mau menggunakan atau tidak. Di sini lah seninya startup," ungkapnya.
Jika diibaratkan, tambah Rama, mendirikan usaha startup sama dengan berlari marathon di malam hari dengan mata tertutup. Selain beresiko tinggi, dunia tersebut juga menantang pelakunya untuk terus berinovasi agar mampu bertahan di jajaran atas.
"Sehingga butuh pola pikir yang baik agar bisa bersaing dengan banyaknya startup serupa yang berangkat dari ide awal sama," paparnya.
Menurut Rama, ada empat fase yang harus dilalui oleh pelaku startup dalam memulai bisnisnya. Langkah pertama adalah menggali ide yang berangkat dari permasalahan sekitar sehingga tercipta teknologi baru sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
"Jangan kita buat dulu solusinya baru dicocok-cocokkan dengan masalah. Itu bukan menyelesaikan masalah namanya tapi menimbulkan masalah baru," terangnya sambil tertawa.
Ide yang didapat kemudian direalisasikan dalam bentuk purwarupa. Dalam hal ini tidak diharuskan sudah dalam bentuk sempurna, namun cukup dengan konsep dasar yang akan dikembangkan hingga akhirnya aplikasi dapat diluncurkan dalam versi beta.
"Jangan takut jika belum seratus persen karena sejatinya tidak ada startup yang seratus persen. Semuanya akan berkembang seiring zaman," jelas alumni Universitas Tarumanegara ini.
Langkah terakhir adalah melakukan revisi berdasarkan data survei kepada para pengguna startup untuk mendukung pengembangan produk. Berbeda dengan korporasi yang menggunakan sistem instruksi atas ke bawah, industri semacam ini justru mengadaptasi sistem bawah ke atas sehingga pengembangan produk dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Selain itu, beberapa langkah lanjutan seperti ilustrasi produk, pengumpulan dana serta langkah mendominasi pasar juga menjadi pelengkap dalam membangun suatu industri startup.
"Selama ada ide, ada kebutuhan dan ada masalah maka startup akan terus berkembang," pungkasnya yang telah merintis laman DailySocial.id sejak 2008 lalu. (arn/hil)

Berita Terkait