Mengangkat tema Festival Ekspresi Nusantara, ITS Expo mempertemukan dua puluh desainer muda yang notabene masih duduk di bangku sekolah dan kuliah. Berbekal sampah, berbagai busana festival khas budaya Indonesia ditampilkan elegan dan mewah bak model profesional.
"Busana tahun ini benar-benar di luar ekspektasi. Kami sampai harus mengonsep acara secara matang agar tidak mengecewakan kerja keras peserta," ujar Linda Wati Oktavia, penanggungjawab Recycle Art.
Sebelum mengikuti ajang pagelaran mode, Linda menjelaskan peserta terlebih dahulu diseleksi secara portofolio. Dari 200 peserta yang mengikuti, 20 peserta terbaik dipilih untuk menjalani tahap presentasi yang kemudian melakukan show di panggung ITS Expo 2016.
"Selanjutnya para peserta dinilai oleh juri kemudian diambil sepuluh orang yang nantinya akan kembali tampil dan berkolaborasi bersama ITS Jazz sekaligus penentuan juara di malam puncak ITS Expo," tambah Linda.
Menyasar pada peningkatan nilai jual, ergonomis dan estetik sampah, Recycle Art juga dilandasi dengan pesatnya perkembangan dunia mode yang mulai mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Hal ini membuat fashion menjadi wadah yang pas sebagai media branding budaya Indonesia. Sehingga tak hanya ramah lingkungan, busana yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.
"Ini juga menjadi ajang pembuktian bahwa budaya kita patut go internasional," tambah mahasiswi Kimia ITS ini.
Ditemui ITS Online usai acara, salah satu tim Recycle Art dari SMA Negeri 1 Sidoarjo mengaku ide busana festivalnya terinspirasi dari Victoria Secret. Brand tersebut mengedepankan sayap sebagai poin menarik. Hal itu pula yang diadaptasi oleh peserta dari SMA tersebut, sehingga melahirkan ikon burung cendrawasih sebagai konsepnya.
"Bahan utama menggunakan karung goni sedangkan aksesorisnya dari limbah sol sepatu yang biasanya dibakar oleh pabrik. Ada juga limbah kerang, tutup botol dan koran sebagai sayapnya," beber Gerbera Timami, desainer sekaligus model.
Sukses lolos ke tahap sepuluh besar, perempuan yang akrab disapa Gabby ini mengaku tidak menyangka bisa sampai sejauh ini. Terutama pada saat kesulitan membuat rangka kostum dan kesibukannya menjalani persiapan Ujian Nasional yang membuat pengerjakan kostum sempat vakum hingga dua minggu.
"Rangka kostum yang terbuat dari pipa dan tidak berfungsi dengan baik akhirnya diganti dengan baja ringan," ujarnya.
Menghabiskan waktu kurang dari 1,5 bulan pengerjaan, Gabby mengaku pencapaiannya sejauh ini sudah menjadi bayaran lunas atas semua usaha kerasnya. Pasalnya tak hanya terkendala bahan, perasaan sedih ketika sempat dinyatakan tidak lolos juga menjadi momen khusus yang tak terlupakan.
"Ternyata itu hanya kesalahan teknis dan kami sangat bersyukur. Kami berharap bisa menjadi juara dan mengembangkan karya kami tak hanya di ITS Expo tapi juga melalui banyak kompetisi lain di luar sana," pungkas Gabby. (arn/hil)