ITS News

Selasa, 16 Desember 2025
17 November 2016, 20:11

Satukan Keragaman Budaya, Aceh dan Sumut Jadi Primadona

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS Expo dijadikan ajang kumpul forda mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dari segala penjuru nusantara. Hal ini merupakan salah satu bukti persatuan dari keaneragaman budaya Indonesia yang ada di kampus ini..

Seperti halnya Pelajar Mahasiswa Kekeluargaan Tanah Rencong (PMKTR), forda asal Aceh menampilkan tarian khasnya dalam pembukaan ITS Expo 2016. Nanda Rahmat Sentosa salah satu mahasiswa asal Aceh ini memaparkan masih banyak tarian lain selain Saman yang belum diketahui orang-orang. "Tari Rapa’i Geleng yang kami tampilkan ini misalnya. Tari Saman bukanlah satu-satunya tarian daerah yang dimiliki Aceh," jelas pria yang berlakon sebagai syahi, si pembawa syair.

Pasalnya, tari ini sama seperti kebanyakan tari khas Aceh lainnya. Tari Rapa’i Geleng yang dilakonkan 10 orang laki-laki mengisahkan tentang penyebaran syiar agama islam. Lantunan syair yang dilagukan para syahi ini berisi shalawat dan pujian kepada Rasul, peribahasa, dan wejangan yang berisi nasihat-nasihat kehidupan.

Lanjut Nanda, mahasiswa Jurusan Teknik Kimia ini menjelaskan nilai-nilai yang dapat diambil dari gerakan Tari Rapa’i Geleng. "Kita dapat belajar mengenai sikap keseregaman dalam hal kerjasama dan kekompakan dalam lingkungan bermasyarakat," jelas Nanda. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat, digambarkan dari syair, kostum dan gerakan.

Persiapan PMKTR selama tiga minggu, tak cukup mengenal lelah, melainkan bangga. "Ini adalah kali pertama PMKTR Surabaya mengisi di acara sebesar ini. Semoga kedepannya ITS Expo membawa lebih banyak budaya Indonesia yang belum terjamah," harap Nanda.

MBP (Mahasiswa Bona Pasogit), forda asal Sumatera Utara juga tidak kalah memukau. MBP (Mahasiswa Bona Pasogit) berhasil mengangkat legenda daerah, cerita Si Gale-Gale dalam penampilan mereka. "Kami sebut Si Gale-Gale. Kami memadukan tiga penampilan, teater, tari, dan musik", jelas Boy Bastian, Ketua MBP Surabaya.

Menurut Legenda Batak, dahulu kala di daerah Samosir ada seorang raja yang ditinggal mati anaknya. Raja yang sedih ini diberi saran oleh seorang tabib untuk dibuatkan patung yang mirip seperti anaknya, Manggale. Akhirnya, roh Pangeran Manggale dimasukkan ke dalam patung tersebut dan seakan hidup kembali.

Sampai saat ini, patung Si Gale-Gale yang diambil dari nama Pangeran Manggale masih terdapat di Pulau Samosir, namun digerakkan oleh manusia."Kami memilih mengangkat cerita Si Gale-Gale karena ini adalah ikon Sumatera Utara yang belum terkenal di masyarakat," ungkap mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi.

"Kedepannya, saya berharap ITS Expo dapat membuat pengunjung benar-benar tertarik dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Sehingga tidak hanya sekedar datang, makan, menonton penampilan, dan pulang," pungkasnya kepada ITS Online. (io9/riz) 

Berita Terkait