ITS News

Rabu, 17 Desember 2025
16 November 2016, 07:11

Bahas Polemik KM ITS, Ini Kata Kedua Capres BEM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Dalam dua minggu masa kampanye pesta besar KM ITS, bahasan mengenai kebijakan-kebijakan birokrasi terkait kaderisasi hingga isu Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) terus dibahas. Sekretaris Jenderal BEM ITS periode 2015-2016, Zein Arfian melempar topik kaderisasi mahasiswa baru kepada kedua calon terkait posisi BEM ITS ke depannya.

Rofi Arga Hardiansyah, Capres BEM nomor urut 2 menjelaskan, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sebagai eksekutor kaderisasi. Sedangkan, birokrasi sebagai penentu kebijakan. "Nah, BEM ITS posisinya ada di tengah, irisan antara mahasiswa dan birokrasi. Mencari tahu keinginan keduanya dan menggabungkannya,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Arga ini. 

Bebeda pendapat, Arfiq Isa Abdilah, Capres BEM nomor urut 1 memaparkan peta konsep, dimana Student Advidory Center (SAC) dan Kemahasiswaan ITS diharapkan memberi masukan untuk nilai-nilai kaderisasi. Sedangkan, HMJ dan BEM Fakultas sebagai tempat aktualisasi diri. "Disini, BEM ITS sebagai koordinator yang menemui pihak ITS dan memberi instruksi kepada HMJ dan BEM Fakultas," papar Arfiq.

Masih dalam ajang head-to-head kedua calon menyampaikan pendapat, dibahas pula tentang Musyawarah Besar (Mubes) V yang hingga saat ini penyelenggaraannya tak kunjung selesai dibahas. "Kami sudah menyusun timeline Mubes V. Bulan Februari mulai melakukan diskusi terbuka, kemudian di bulan April sudah masuk diskusi mendalam, dan seterusnya," kata Arfiq, calon asal Jurusan Teknik Fisika.

Sementara itu, Arga berpendapat BEM ITS nanti akan membentuk tim ad hoc dan tim khusus pengelola Mubes. "Tim ad hoc dan tim khusus pengelola mubes beriringan untuk membicarakan terkait mubes," pungkas Arga, calon asal Jurusan Teknik Kimia.

Beralih ke topik pergerakan mahasiswa, Muhammad Irwan Rahmat turut bertanya mengenai wadah pergerakan mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya selain turun ke jalan. Si nomor 1 pun berpendapat, melakukan kajian dan menyampaikan hasilnya ke meja pemerintahan, menurutnya adalah upaya yang tepat.

"Kami juga akan memasukkan sekolah politik ke dalam bagian sekolah integrasi, tanpa menafikan bahwa turun ke jalan juga upaya penyampaian aspirasi," tutur Arfiq.

Sementara itu, si nomor 2 memberikan gambaran tren pergerakan mahasiswa saat ini. Ia mengajak mahasiswa dengan berkaca dari kiprah mahasiswa ITS saat ini, seperti pembuatan lima stadion di Indonesia untuk Piala Dunia 2026. Tak hanya itu, mahasiswa berhasil mengkampanyekan karyanya melalui penyebaran video sebagai bentuk pemanfaatan teknologi.

"Membuat ITS terkenal dengan kiprahnya sampai viral di media sosial. Selain itu, pembuatan karya tulis sebagai bentuk kontribusi juga menjadi contoh pergerakan mahasiswa di zaman sekarang," papar Arga.

Sedikit mengisahkan motivasi para calon ini, Arga mengaku termotivasi oleh Anies Baswedan. Ia mengutip perkataan Anies, yakni Indonesia tidak butuh pemuda yang suka mengkritik, tetapi Indonesia butuh pemuda yang mampu memberikan solusi.

"Ada tiga cara dalam memberikan solusi, melalui perbuatan, perkataan, dan doa. Solusi berupa perbuatan adalah yang akan saya lakukan. Itulah yang mendasari saya menjadi Capres BEM," kisah Arga. Lain pula dengan Arfiq yang mengisahkan dirinya termotivasi karena kacamatanya melihat permasalahan yang ada di Keluarga Mahasiswa (KM) ITS kian bertubi-tubi.

Sikapi Isu Kenaikan UKT

Menjelang akhir tahun 2016, tinggal menghitung waktu untuk ITS mendapatkan predikat barunya, Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH). Presiden BEM ITS, Novangga Ilmawan berhasil menggiring kedua calon dalam bahasan isu kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT). 

"Apakah kalian tahu UKT diperoleh darimana? Kemudian bila UKT tahun ini naik karena perubahan status ITS menjadi PTN-BH, apakah kalian menerima atau menolak?" tanya mahasiswa Jurusan Teknik Industri ini.

Menurut Arfiq, UKT muncul karena banyaknya iuran-iuran yang dibayarkan setiap bulan, maka dibuatlah sistem UKT. Di sisi lain, Arga berpendapat landasan UKT muncul karena keinginan pemerataan kondisi ekonomi mahasiswa. Sehingga dari UKT bisa berjalan subsidi silang antara mahasiswa mampu kepada mahasiswa yang kurang mampu. Mengenai kebijakan UKT yang nanti terjadi akibat perubahan status ITS, kedua calon sepakat menolaknya. (io19/riz)

Berita Terkait