Intan Yulia Antasari ST, perwakilan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) mengatakan, hingga saat ini masih banyak gap dalam pemetaan tanah. "Ada daerah yang tidak terpetakan sehingga tidak jelas milik siapa. Namun juga ada yang tercatat dobel, hal ini yang biasanya menimbulkan permasalahan," kata alumnus Teknik Geomatika ITS ini.
Sehingga menurut Intan, metode-metode mutakhir perlu diaplikasikan untuk memetakan tanah. Metode mutakhir yang dimaksud adalah Fit for Purpose Land Administration (FFP LA) yang disampaikan dalam workshop ini. Metode FFP LA dinilai lebih efektif dalam mendata atau memetakan tanah.
Terdapat empat materi yang dibahas dalam workshop ini. Materi tersebut di antaranya adalah Spesifikasi Teknis Pemetaan Rupabumi, Ortorektifikasi, Digitasi dan Unsur Peta Dasar
Menurut Dr Ir Muhammad Taufik, dosen Teknik Geomatika ITS, kontribusi ITS dibutuhkan dalam menyediakan sumber daya manusia di kasus pertanahan ini. Namun, sayangnya tidak banyak lulusan yang berkontribusi di bidang ini. "Padahal pekerjaan ini membutuhkan banyak orang, namun lulusan yang tersedia di Indonesia masih sedikit," jelas Taufik.
Workshop bertajuk Implementasi Fit for Purpose Land Administration di Indonesia ini juga turut mengundang Badan Pertanahan Indonesia (BPN). Ratusan peserta berjubel menghadiri workshop yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 ini, hingga tak tersisa satupun kursi. (yan/mis)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,