ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
10 Juli 2013, 16:07

Sapu Angin Surya Ambisi Juara di Australia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

World Solar Challenge adalah kompetisi dua tahunan yang diadakan di Australia untuk mencari mobil-mobil listrik dengan performa terbaik. Setiap mobil listrik diharuskan menempuh perjalan sejauh 3.000 kilometer dari kota Darwin menuju Adelaide dalam waktu lima hari. Mobil yang bisa sampai dengan waktu tercepat akan keluar sebagai juara.

Perlombaan ini diikuti oleh berbagai universitas dan korporasi besar dari berbagai belahan dunia. Pada gelaran tahun ini, tim ITS Solar Car Racing menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Tim ini akan bersaing bersama tim-tim dari universitas ternama di dunia seperti MIT, Michigan, Stanford University hingga Tokai University di Jepang.

Terdapat tiga kategori yang dilombakan tahun ini yakni, kategori Challenger Class, Cruiser Class dan Advanture Class. Kategori pertama ditujukan untuk mobil-mobil prototype dengan satu orang pengemudi. Pada kategori ini, sebanyak 90 persen bahan bakar mobil harus berasal dari tenaga surya. Pada kategori kedua, Cruiser Class, yang dilombakan adalah mobil-mobil dengan desain mendekati mobil masa kini. ”Kategori yang ketiga adalah gabungan dari dua kategori sebelumnya,” kata  Agus Mukhlisin, General Manager tim.

Agus menyebutkan, mobil Sapu Angin Surya akan diikutkan pada kategori Challenger Class. Mobil ini akan berlomba bersama 28 tim lainnya dari seluruh dunia. Dari segi teknis, Agus meyakini bahwa mobil ini tidak kalah dari mobil-mobil lainnya. ”Dari material mobilnya saja kita sama dengan mobil dari Tokai University yang dua tahun lalu menjadi pemenang,” ujar Agus.

Mobil Sapu Angin Surya direncanakan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 130 kilometer per jam. Mobil ini menggunakan dua motor penggerak yang diletakkan pada masing-masing roda. Mobil berbobot 180 kilogram ini dipastikan mampu menyimpan energi hingga 5,6 kiloWatthour. ”Dari segi teknis, kami yakin bahwa mobil ini bisa finish dalam posisi sepuluh besar dunia,” kata Agus optimis.

Saat ini mobil Sapu Angin Surya sedang dalam proses fabrikasi. Mobil ini akan dipamerkan kepada publik bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus mendatang. Momen 17 Agustus sengaja dipilih sebagai simbolisasi kemerdekaan Indonesia terhadap masalah kelangkaan bahan bakar. ”Proses fabrikasi berlangsung dari bulan Januari hingga Agustus di Jakarta dan siap diuji coba di Pulau Madura pada bulan Agustus,” terang Agus.

Dr Muhammad Nur Yuniarto, pembimbing, menambahkan bahwa komitmen ITS untuk menciptakan mobil berbahan bakar tenaga surya bukanlah hal baru. Embrio mobil Sapu Angin Surya menjulur jauh hingga tahun 1985. Pada tahun itu, ITS telah berhasil mengembang mobil surya generasi pertama yang diberi nama Widya Wahana 1.

Berlanjut pada tahun 1990, ITS kembali menciptakan generasi kedua dari mobil Widya Wahana yang diberi nama Widya Wahana 2. Lalu tiga tahun setelahnya, yakni pada tahun 1993, mobil Widya Wahana 3 berhasil diselesaikan. ”Sayangnya pengembangan mobil-mobil tersebut selalu terkendala biaya,” kata Nur Yuniarto.

Menanggapi perlombaan World Solar Challenge 2013 yang akan diikuti mahasiswanya, Nur Yuniarto tetap merasa optimis bahwa mobil Sapu Angin Surya bisa menampilkan performa terbaik. Tapi, Nur Yuniarto juga menegaskan bahwa untuk memenangkan lomba ini, keunggulan teknis bukan satu-satunya faktor penentu.

Terdapat beberapa faktor lain yang menentukan kemenangan seperti kerja sama tim dan strategi dalam race. ”Race-nya akan diadakan selama lima hari full. Pasti akan ada tukaran antara mahasiswa-mahasiswa ini. Jadi teamwork harus juga diperkuat,” kata dosen Jurusan Teknik Mesin ini. (ram/fi)

Berita Terkait