Kapal sepanjang 63 meter yang dibuat dengan anggaran Rp 114 miliar tersebut diklaim memiliki teknologi tinggi. Sebab, pembuatannya dari bahan komposit karbon dengan keunggulan tidak terdeteksi oleh radar musuh. Sayangnya, kapal tersebut justru ludes dilalap si jago merah, diduga akibat terbakarnya kabel sambungan listrik ke darat.
Generator kapal yang masih belum dapat dioperasikan adalah alasan kapal menggunakan sambungan listrik dari darat. Namun, rupanya pada sambungan itu tidak disediakan Magnetic Shore Breaker (MSB). Sehingga, diduga akibat kelebihan beban listrik, kabel di darat mengalami kebakaran hingga akhirnya menjalar ke atas kapal.
Beberapa media mengabarkan bahwa hanya butuh waktu kurang dari dua jam untuk meluluhlantakkan seluruh bangunan kapal. ”Belum ada kejadian seperti ini sebelumnya, karena memang rasanya tidak mungkin badan kapal bisa terbakar begitu cepat,” ujar Aries Sulisetyono ST MSc PhD, Ketua Pusat Studi Kelautan ITS.
Penggunaan karbon komposit pada bangunan kapal disorot sebagai salah satu pemicu yang membuat api merambat dengan cepat. ”Ada banyak keuntungan menggunakan karbon komposit ketimbang metal, tapi konsekuensinya ada pada fire safety-nya karena komposit memang flammable (mudah terbakar, red),” ungkap Ir Alam Baheramsyah MSc FIMarEST, Ahli Keselamatan dan Kebarakan ITS.
Meski begitu sejumlah pakar ITS masih ragu bahwa bahan fiber yang menyebabkan api dapat melalap seluruh bangunan kapal dalam waktu yang sangat singkat.”Harusnya sudah dipastikan bahwa pemilihan material telah sesuai dengan rules dan diuji sebelumnya oleh kelas,” tutur Ir Surjo Widodo Adji MSc FIMarEST, Ahli Permesinan Kapal ITS.
Selain material, dugaan lain yang membuat kapal terbakar begitu cepat, disampaikan dalam diskusi ini adalah akibat bahan bakar yang sebelumnya telah terisi di dalam kapal. Keberadaan bahan bakar diduga kuat menyebabkan kobaran api di atas kapal menjadi semakin besar dan tak terkendali.
ITS sangat menyayangkan niat baik pemerintah untuk memperkuat teknologi pertahanan yang tidak diiringi dengan koordinasi yang baik bersama pakar-pakar di perguruan tinggi. ”Program ini seharusnya tetap dilanjutkan, tapi ahli-ahli dari kampus harus dilibatkan karena sebelumnya konsorsium kapal perang sama sekali tidak dilibatkan,” pungkas Subchan MSc PhD, anggota Konsorsium Kapal Perang ITS. (ald/esy)
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh