ITS News

Rabu, 24 Desember 2025
24 Desember 2025, 10:12

Dosen ITS Raih RIIM Awards 2025 atas Kontribusinya Semasa Pandemi

Oleh : itshafidz | | Source : -

Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan (kanan) saat menerima penghargaan RIIM 2025 di Jakarta Pusat, Kamis (18/12)

Jakarta, ITS News Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendapatkan penghargaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) 2025 di Jakarta Pusat pada Kamis (18/12) lalu atas kontribusinya semasa pandemi melalui inovasi Simple Rapid Test COVID-19 berbasis identifikasi fluoresensi. Inovasi oleh tim yang diketuai oleh Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan SSi Msi ini mampu memberikan metode skrining yang lebih efisien dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Fredy menjelaskan latar belakang permasalahan ini berakar dari deteksi yang saat itu diterapkan yaitu menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan alat tes antigen. Menurutnya, kedua metode yang menjadi standar utama tersebut dinilai kurang efisien dalam biaya, keakuratan, serta waktu tunggu yang lama. Ia menekankan bahwa kecepatan deteksi menjadi faktor krusial dalam memutus rantai penyebaran virus secara efektif.  “Kami ingin menghadirkan alat diagnosis yang tidak hanya cepat, tetapi juga memiliki sensitivitas yang setara dengan uji laboratorium,” tutur pria yang hobi memancing tersebut.

Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan saat memaparkan latar belakang inovasi simple rapid test covid-19 berbasis fluorescence

Inovasi yang dikembangkan ini mengandalkan deteksi protein spike SARS-CoV-2 melalui sensor optik berbasis prinsip fluoresensi. Guru besar departemen kimia tersebut menjelaskan bahwa teknologi ini memungkinkan identifikasi virus tanpa persiapan sampel rumit. Mekanisme identifikasi bekerja saat sensor berinteraksi dengan protein virus. Cahaya yang dipancarkan sensor akan menurunkan intensitasnya secara linier mengikuti jumlah konsentrasi virus yang ada dalam sampel. Sinyal cahaya tersebut kemudian dikonversi secara digital untuk memberikan hasil diagnosa status kesehatan pasien secara presisi.

Lebih lanjut Fredy mengungkapkan bahwa sistem sensor tersebut tidak terbatas untuk Covid-19 saja. Namun sangat mudah diadaptasi guna mendeteksi berbagai penyakit demam, contohnya seperti demam berdarah. Inovasi tersebut saat ini tengah dikembangkan lebih lanjut untuk dapat mengidentifikasi indikator penyakit tifus.

Keunggulan utama dari produk riset ini terletak pada tingkat sensitivitas sensor yang diklaim melampaui standar alat tes cepat konvensional. Meskipun memiliki performa tinggi, biaya produksi alat ini ditekan agar tetap terjangkau bagi operasional puskesmas maupun posko kesehatan. Fredy menegaskan bahwa efisiensi biaya tidak akan mengurangi akurasi hasil diagnosa yang diberikan.

Keberhasilan riset ini didukung penuh oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mempercepat proses hilirisasi produk. Sinergi antara ITS dan pemerintah bertujuan untuk membangun kemandirian teknologi kesehatan di dalam negeri. Fredy berharap Indonesia tidak lagi bergantung pada perangkat diagnosa impor yang mahal. Visi kedepannya berupa terciptanya sistem pengawasan kesehatan masyarakat yang terdigitalisasi secara merata.

Melalui inovasi ini, tim dosen ITS turut berperan aktif dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya pada poin ke-3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera serta poin ke-9 tentang Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Dedikasi penuh oleh tim akademisi ITS ini sekaligus mempertegas komitmennya dalam memberikan dampak nyata bagi tantangan kesehatan global. (HUMAS ITS)

Reporter: Dinda Fithriyyah

 

Berita Terkait