Dosen PWK ITS Anoraga Jatayu ST MSi (berkacamata) saat memberikan edukasi kepada warga mengenai cara menanam dan merawat tanaman yang baik dan benar
Surabaya, ITS News – Di tengah padatnya permukiman perkotaan, warga RW 02 Kelurahan Jepara, Kecamatan Bubutan, Surabaya, berhasil menghadirkan ruang hijau produktif melalui kegiatan urban farming komunal. Program ini digagas oleh tim dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui skema Abmas Berbasis Produk, dengan mengusung misi edukasi dan kolaborasi masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan di lahan perkotaan yang terbatas.
Pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan di Surabaya menjadikan ruang terbuka hijau semakin berkurang. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim abmas ITS dan warga mengubah berbagai sudut permukiman (mulai dari pekarangan rumah, atap bangunan, hingga gang sempit) menjadi kebun produktif yang menghasilkan sayuran dan tanaman bumbu dapur seperti cabai, tomat, terong, sereh, dan kencur.
Program abmas ini dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan kelompok PKK, tokoh masyarakat, serta siswa sekolah dasar setempat. Selain praktik menanam, warga juga dibekali berbagai teknik budidaya modern seperti hidroponik, vertikultur, dan pemanfaatan polybag yang cocok diterapkan pada lahan sempit.
Ketua RW 02 Kelurahan Jepara, Kecamatan Bubutan, Surabaya Aris Nurcahyo (menunduk) sedang memberikan edukasi mengenai cara menanam yang benar kepada warga
Salah satu kegiatan unggulan adalah Ruang Inspirasi (RUSA), hasil kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Planologi ITS (HMPL ITS). Melalui drama, permainan, dan praktik menanam langsung, anak-anak diajak memahami konsep keberlanjutan dengan cara yang menyenangkan. “Anak-anak terlihat sangat antusias saat belajar menanam dan memahami pentingnya pangan sehat dari lingkungan sendiri,” ujar Khanaya Fairuz Shiba, Ketua Pelaksana KKN sekaligus staf Sosmas HMPL ITS.
Urban farming di RW 02 Kelurahan Jepara, Surabaya ini tidak hanya menciptakan ruang hijau yang baru, tetapi juga memperkuat solidaritas antarwarga. Proses bercocok tanam dilakukan secara gotong royong, dari mulai menyiapkan media tanam, penyiraman, hingga perawatan tanaman.
Mahasiswa PWK ITS memberikan edukasi kepada para siswa SD mengenai urban farming secara kreatif dan cara penerapannya kepada lingkungan sekitar dengan menampilkan drama dalam menyampaikan materi
Hasil panen sebagian digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian lainnya dijual untuk menambah penghasilan warga. “Dari yang awalnya hanya mencoba menanam di halaman sempit, sekarang ibu-ibu sudah bisa mengelola kebun komunal sendiri,” ungkap Khanaya bangga.
Ia menambahkan bahwa program ini menjadi pengalaman mengesankan bagi seluruh tim dan warga. Urban farming bukan hanya tentang menanam sayur, tetapi juga menanam nilai keberlanjutan. “Ibu-ibu Kader Surabaya Hebat (KSH) kini bukan hanya menanam, tetapi juga menjual hasil panen dan menambah pendapatan keluarga,” ungkapnya.
Mahasiswa PWK ITS sedang melakukan sosialisasi kepada warga RW 02 Kelurahan Jepara, Surabaya tentang cara mengurus urban farming kepada warga
Kegiatan ini memperoleh pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS sebagai upaya mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Di antaranya adalah SDG 2 tentang Tanpa Kelaparan dan SDG 11 tentang Kota dan Permukiman Berkelanjutan.
Sebagai luaran akademik, hasil program telah dipublikasikan dalam Jurnal Sewagati, diterbitkan menjadi book chapter melalui ITS Press, serta disebarluaskan melalui video dokumentasi dan berita populer di website ITS. Diseminasi ini menjadi bagian penting untuk memperluas edukasi terkait pemanfaatan lahan sempit secara produktif dan berkelanjutan.
Warga RW 02 Keluarahan Jepara, Kecamatan Bubutan, Surabaya bersama para dosen dan mahasiswa PWK ITS yang tergabung dalam tim abmas
Kini warga RW 02 Jepara menikmati manfaat urban farming sebagai ruang hijau sekaligus ruang kebersamaan. Program ini membuktikan bahwa kawasan padat penduduk pun dapat menjadi pusat ketahanan pangan lokal jika dikelola dengan semangat gotong royong dan pendampingan ilmiah yang tepat. Dengan keberhasilan tersebut, tim abmas ITS berharap praktik baik ini dapat menjadi model percontohan bagi wilayah perkotaan lain di Indonesia. (*)
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh




