Talkshow yang dilakukan Tim Abmas Produk – KKN ITS dengan Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek mengenai Program Konservasi Penyu di Kabupaten Trenggalek
Trenggalek, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat kiprahnya dalam pelestarian lingkungan pesisir dengan melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) berbasis produk dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kawasan konservasi penyu Pantai Taman Kili-Kili, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Program ini mengusung pendekatan berbasis riset dan kolaborasi lintas disiplin untuk mendukung konservasi penyu sekaligus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat terhadap perubahan iklim.
Kegiatan ini diketuai oleh Yuni Setyaningsih SKPm MSc CDMP, dosen dari Departemen Studi Pembangunan ITS. Didukung anggota tim yang berasal dari lintas departemen yakni Dr Berlian Al Kindhi SST MT (Teknik Elektro Otomasi), Dr Khomsin ST MT (Teknik Geomatika), Dr Soedarso SS MHum (Studi Pembangunan), dan Aurelius Ratu SS MHum (Studi Pembangunan). Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS serta Pusat Studi Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS.
Kegiatan Abmas dan KKN ini diawali dengan Forum Group Discussion (FGD) pada 17 September 2025 lalu di kawasan konservasi penyu Taman Kili-Kili. FGD diikuti oleh mahasiswa ITS dari Departemen Teknik Geomatika dan Studi Pembangunan bersama perwakilan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Konservasi Penyu Taman Kili-Kili, BPBD Trenggalek, dan Dinas Perikanan KabupatenTrenggalek. Melalui diskusi ini, tim ITS memetakan berbagai persoalan konservasi dan sosial ekonomi di wilayah pesisir guna merumuskan produk pengabdian yang konkret dan berkelanjutan.
Tim BPBD Kabupaten Trenggalek saat menjelaskan potensi dan mitigasi bencana di kawasan konservasi penyu
Yuni menjelaskan, pendekatan timnya bukan sekadar transfer teknologi, melainkan juga kolaborasi partisipatif dengan masyarakat. Tim ITS ini ingin solusi yang dihasilkan dapat diimplementasikan secara nyata dan berkelanjutan. Menurutnya, kegiatan ini juga menjadi langkah awal dalam membangun model mitigasi perubahan iklim di kawasan konservasi penyu. “Perubahan iklim telah memengaruhi pola bertelur penyu dan kondisi habitat pesisir, karena itu kami ingin mengembangkan model mitigasi berbasis data ilmiah yang dapat diterapkan di tingkat komunitas,” ujarnya.
Yuni menambahkan, keberhasilan program konservasi tidak dapat dilepaskan dari kerja sama multipihak. Ia menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix yang melibatkan lima unsur utama, yakni masyarakat (Pokmaswas Kili-Kili), pemerintah (Dinas Perikanan dan BPBD), akademisi (ITS), swasta melalui dukungan Corporate Social Responsibility (CSR), serta media sebagai sarana edukasi dan diseminasi informasi publik.
Pantai Kili-Kili dikenal sebagai salah satu kawasan konservasi penyu terpenting di pesisir selatan Jawa. Sejak dirintis pada 2010 oleh Pokmaswas, pantai ini menjadi lokasi bertelur bagi berbagai spesies penyu seperti Penyu Lekang, Penyu Hijau, dan Penyu Sisik. Namun, dalam satu dekade terakhir, jumlah spesies yang muncul mengalami penurunan drastis. “Penyu Belimbing terakhir kali terlihat sekitar 25 tahun lalu, sedangkan Penyu Hijau dan Penyu Sisik terakhir tercatat pada 2014. Kini hanya Penyu Lekang yang rutin bertelur di sini,” jelas Ari, Ketua Pokmaswas Pantai Kili-Kili.
Ketua Tim Abmas Produk – KKN ITS Yuni Setyaningsih SKPm MSc CDMP (kiri) saat berdiskusi dengan Ketua Pokmaswas Pantai Kili-Kili tentang kerja sama dan sinergi dalam optimalisasi konservasi penyu yang berkelanjutan dan berketahanan iklim
Selain ancaman ekologis, pengelola juga menghadapi tantangan sumber daya manusia (SDM). Jumlah relawan aktif berkurang dari 20 orang menjadi hanya lima orang, sementara promosi wisata edukasi belum optimal. Meski dengan keterbatasan, Pokmaswas telah mencapai tingkat penetasan telur penyu lebih dari 95 persen dan bahkan mampu mengontrol rasio jenis kelamin tukik melalui pengalaman panjang masyarakat setempat. “Kami berharap dukungan dari ITS dapat membantu membuat modul edukasi dan materi promosi agar wisata konservasi ini lebih menarik bagi pelajar dan wisatawan,” tambah Ari.
Menjawab berbagai tantangan tersebut, tim Abmas dan KKN ITS merancang sejumlah produk inovatif berbasis riset. Di antaranya video edukasi dan promosi konservasi untuk memperkuat branding wisata edukatif Pantai Kili-Kili, pemetaan geospasial kawasan konservasi guna mendukung pengelolaan berbasis data, serta modul edukasi lingkungan dan konservasi berbasis perubahan iklim. Tim juga membantu optimalisasi media sosial Pokmaswas (IG: @penyukilikili_) agar lebih efektif menjangkau publik dan relawan baru.
Selain pengembangan produk, kegiatan Abmas ini juga berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat melalui serangkaian pelatihan yang dirancang untuk memperkuat kemampuan Pokmaswas dan warga dalam pengelolaan konservasi, promosi digital, serta kesiapsiagaan terhadap dampak perubahan iklim. Yuni menjelaskan bahwa penguatan kapasitas ini merupakan bagian penting dari upaya keberlanjutan program. Konservasi penyu tidak bisa hanya bergantung pada semangat sukarelawan, harus ada sistem ekonomi lokal dan kemampuan komunitas yang menopang keberlanjutan kegiatan. “Salah satunya melalui wisata edukatif yang dikelola secara bertanggung jawab,” ungkapnya.
Tim Abmas Produk – KKN ITS berkolaborasi bersama tim dari Pokmaswas Pantai Kili-Kili, Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, dan BPBD Kabupaten Trenggalek
Saat ini, Pokmaswas sedang menyiapkan pembangunan area glamping ground sebagai fasilitas wisata edukasi baru. Tim ITS turut mendampingi penyusunan konten edukatifnya agar sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Dengan dukungan DRPM ITS dan MKPI ITS, kegiatan Abmas dan KKN berbasis produk ini diharapkan menjadi model percontohan konservasi adaptif di wilayah pesisir Indonesia, yang menggabungkan inovasi teknologi, pemberdayaan sosial, serta pengelolaan risiko perubahan iklim secara komprehensif.
Melalui program ini, ITS kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan solusi bagi tantangan lingkungan nasional. “Kolaborasi pentahelix yang kami dorong bukan hanya jargon. Ini adalah langkah konkret untuk memastikan keberlanjutan konservasi, kesejahteraan masyarakat, dan ketahanan ekosistem menghadapi perubahan iklim,” pungkas Yuni.
Kegiatan Abmas dan KKN ini juga merupakan perwujudan dukungan ITS terhadap tercapainya beberapa poin dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Di antaranya adalah SDG 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim, SDG 14 tentang Ekosistem Lautan, dan juga SDG 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (*)
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh



