Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng saat memaparkan mengenai strategi kebijakan ekonomi menghadapi tarif resiprokal
Kampus ITS, ITS News — Peluncuran Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memicu berbagai respons dari masyarakat. Menanggapi hal itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar Talkshow untuk mendiskusikan dampak Danantara terhadap perekonomian Indonesia.
Talkshow bertemakan Danantara sebagai Wujud Diplomasi Ekonomi pada Tarif Resiprok: Alat Negosiasi atau Penghalang Perdagangan? ini mengundang dua orang narasumber. Narasumber pertama adalah Kepala Pusat Studi Pengembangan Industri dan Kebijakan Publik ITS Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng. Dirinya memaparkan mengenai dinamika kebijakan ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan global.
Arman mengungkapkan, salah satu tantangan global tersebut adalah mengenai adanya Kebijakan Tarif Resiprokal. Kebijakan tersebut memberlakukan penetapan tarif impor berdasarkan defisit neraca perdagangan bilateral yang efeknya dapat mengganggu stabilitas ekspor berbagai negara, termasuk Indonesia. “Maka, Indonesia perlu menyusun kebijakan yang komprehensif dan terstruktur serta mendorong diplomasi ekonomi untuk memperkuat produksi dalam negeri,” tuturnya.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, Kondisi tersebutlah yang mendorong lahirnya Danantara, lembaga pengelolaan investasi negara yang berperan untuk memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia. Arman menambahkan bahwa penguatan diplomasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas industri tetapi juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
Selain Arman, talkshow yang dilaksanakan di Departemen Manajemen Bisnis ITS ini turut mengundang Ahli Konsultan Iman Supriyono. Dirinya membahas mengenai pentingnya prinsip korporasi sejati dalam pelaksanaan Danantara. Menurutnya, Danantara sebagai lembaga investasi harus menjunjung tinggi nilai-nilai good corporate governance. “Di antaranya transparansi, akuntabilitas, keberlanjutan dan tanggung jawab sosial,” ungkapnya.
Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng (tiga dari kanan depan) dan Iman Supriyono (tiga dari kiri depan) bersama para peserta talkshow bertajuk Danantara sebagai Wujud Diplomasi Ekonomi pada Tarif Resiprok: Alat Negosiasi atau Penghalang Perdagangan
Lebih lanjut, prinsip good corporate governance penting untuk memastikan bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, namun juga menciptakan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Iman juga menegaskan bahwa tata kelola yang baik dapat mendorong ekosistem investasi yang sehat dan adil. “Sehingga lembaga ini dapat memastikan perannya dalam membangun perekonomian Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tegas Iman.
Sekretaris Jenderal I BEM ITS Marcellino Pasaribu mengungkapkan, agenda ini merupakan hasil kolaborasi antara BEM ITS dengan Business Management Student Association (BMSA). Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk membentuk sebuah iklim diskusi bagi mahasiswa untuk bertukar pikiran dalam mengkaji suatu kebijakan yang berdampak luas bagi masyarakat.
Selain itu, Marcel menuturkan bahwa acara ini turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) ke-16 yakni mengenai Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan Tangguh. Dirinya berharap agar para mahasiswa yang digadang sebagai agen perubahan dapat membuka mata terhadap isu kebijakan nasional dan global. “Mahasiswa perlu aktif memantau dan menyuarakan isu yang berdampak luas bagi masyarakat,” tutupnya. (*)
Reporter: Hani Aqilah Safitri
Redaktur: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh

