ITS News

Jumat, 26 April 2024
31 Desember 2020, 06:12

Tinggalkan Emas, Simak Napak Tilas Ksatria 122 ITS

Oleh : itszar | | Source : ITS Online

(Dari kiri) Potret Gardini Nilasari, Annisa Putri Agustin, Steven Seaver Wiarta dan Julius Sintara sebagai Wisudawan 122 ITS sekaligus peraih medali emas pada PIMNAS ke-33 2020.

Kampus ITS, ITS News – Kelulusan merupakan salah satu momen yang dinantikan oleh semua wisudawan perguruan tinggi, tak terkecuali Wisudawan 122 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Namun, layaknya ksatria sejati yang tidak akan meninggalkan medan perang, beberapa dari mereka rela mempertaruhkan waktu kelulusan demi berjuang di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke- 33 hingga akhirnya berhasil mendapat medali emas. Siapa sajakah mereka? Bagaimana perjalanan mereka dalam mendapatkan medali emas?

Gardini Nilasari dan Annisa Putri Agustin

(Dari kiri) Annisa Putri Agustin, Gardini Nilasari dan  Dewi Septiningtyas peraih medali Emas PKM-PE pada ajang PIMNAS ke-33 2020

Tergabung dalam tim yang sama, kedua srikandi dari Departemen Kimia ITS ini bergelut di bidang Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian Eksakta (PKM-PE). Gardini Nilasari, selaku ketua tim, mengaku mulai menggeluti dunia PKM sejak tahun kedua perkuliahannya. Mahasiswa angkatan 2016 itu mengaku, saat itu ia diajak oleh temannya untuk ikut bergabung. “Bahkan dua anggota tim kami, yakni Annisa dan mahasiswa angkatan 2017, Dewi Septiningtyas, yang berhasil memperoleh pendanaan pada PKM 2018,” imbuhnya.

Mahasiswa asal Tulungagung itu bercerita bahwa ia sendiri tidak mempunyai latar belakang keilmiahan sewaktu masa Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun saat menjadi mahasiswa baru, ia menemukan ketertarikannya akan Karya Tulis Ilmiah (KTI) lewat Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) di departemennya sendiri.

Tidak hanya sekedar tertarik, Gardini mulai menerapkan ilmu yang ia dapat dan mencoba peruntungannya melalui lomba esai maupun Lomba Karya Tulis Ilmiah  Nasional (LKTIN). Namun, perjuangannya belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

Kembali mencoba peruntungannya, Gardini dan rekannya mulai aktif mengikuti berbagai LKTIN dan mengunggah proposal PKM pada tahun ketiga. “Adanya mata kuliah Wawasan Teknologi dan Komunikasi Ilmiah turut membantu saya dalam proses langkah awal pembuatan proposal,” tutur perempuan berhijab itu.

Perjuangan keduanya akhirnya terbalaskan di tahun terakhir perkuliahannya, yakni saat Gardini dan Annisa diumumkan terpilih sebagai peserta PIMNAS ke-33.  “Selain mendapat ilmu, di ajang besar itu kami juga mengasah kreativitas keilmiahan, tak lupa juga bangga membawa nama ITS,” terangnya.

Menjadi salah satu dari kontingen ITS yang maju pada PIMNAS ke-33 membuat kedua perempuan ini merasa tertantang. Pasalnya, tahun ini gawe besar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini berbeda dengan tahun sebelumnya.

Selain dari target luaran utamanya yang berubah menjadi narrative review, mereka harus menyesuaikan kembali strategi dan memperkuat studi literatur yang sesuai dengan topik yang diangkat. “Maka dari itu dalam penyusunannya, kami juga tetap harus memunculkan poin kebaruan dan kekreatifannya walaupun menggunakan data sekunder,” bebernya saat diwawancarai oleh kru ITS Online.

Bertepatan dengan tahun akhirnya di ITS, Gardini dan Annisa sempat terbesit niat untuk mengundurkan diri sebagai peserta PIMNAS dan melanjutkan wisuda di bulan Oktober lalu. Namun mereka memilih melanjutkan perjuangan karena mendapat kabar bahwa calon wisudawan yang mengikuti PKM akan diwisuda sebagaimana di bulan Oktober.

Dalam perjuangannya memperebutkan medali, ia menerapkan strategi untuk saling backup antar anggota. Hal ini dilakukan lantaran dirinya dan Anissa juga harus membagi waktu untuk mengurus tugas akhirnya. Walau dilema tidak bisa wisuda bersama teman-temannya yang lain, ia teringat akan tujuan awalnya membuat PKM dan berpikir bahwa ini kesempatan langka untuk berjuang demi almamater, terutama di tahun terakhirnya berkuliah di ITS.

Perjuangan tim ini juga ditemani oleh beberapa wejangan dari para komandan PKM dan PIMNAS ITS, yang memberikan semangat untuk tetap meneruskan perjuangan. “Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan,” tandasnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya perjuangan mereka terbalaskan oleh medali emas kategori PKM-PE 4 lewat karya berjudul Pengembangan Gliserol Byproduct Transesterifikasi Minyak Jelantah Guna Peningkatan Jumlah Produksi Asam Laktat Melalui Konversi Katalitik. Alumnus SMAN 1 Kauman itu merasa bahwa prestasi tersebut merupakan suatu kehormatan dan pengalaman yang sangat luar biasa. “Mengingat bahwa ini tahun terakhir kami berjuang di kampus perjuangan ITS, dan syukur bisa mengukir kenangan indah di akhir,” pungkasnya.

Steven Seaver Wiarta dan Julius Sintara

Serupa dengan perjalanan Gardini dan Annisa, kali ini ada dua kesatria dari tim PKM-Karsa Cipta (KC) 2 ITS yang juga meninggalkan emas setelah perjuangannya di PIMNAS ke-33. Ketua tim, Steven Seaver Wiarta, mengaku bahwa awalnya ia mencoba-coba mengajukan proposal dan baru bersungguh-sungguh dalam perjuangannya ketika proposal PKM-nya diumumkan terdanai.

Namun, mahasiswa dari Departemen Teknik Biomedik itu mengaku, semasa kuliah kurang lebih terdapat tiga proposal yang pernah diajukan sebelum pada akhirnya lolos ke ajang PIMNAS ke-33. “Dulu saat tahun pertama sekali, tahun kedua sekali, terus kemarin ini langsung dua proposal, namun cuma satu yang lolos pendanaan,” jelasnya.

Menggandeng adik tingkatnya Sherelle Clairine Hayadi, mahasiswa angkatan 2018, dan Julius Sintara dari Departemen Teknik Elektro angkatan 2016, tim ini mengusung gagasan PARKIRO: Sistem Parkir Cerdas Anti Macet dengan Long-Range RFID dan IoT untuk Implementasi Smart City dalam proposal PKM-nya.

(Dari kiri) Julius Sintara, Sherelle Clairine Hayadi, dan Steven Seaver Wiarta Pmenang medali emas PKM-KC PIMNAS ke-33 2020

Walau dikerjakan secara online, Steven dan tim justru mengaku mendapat kemudahan. Pasalnya, ia menuturkan tidak perlu membuat prototype namun sebagai gantinya membuat video luaran konsep serta pelaksanaan PKM sesuai permintaan Pusat Prestasi Nasional (Puspernas).

Walaupun murni konsep yang terstruktur, mereka tetap memperkuat dengan literatur-literatur yang mumpuni. “Sisanya kita mempersiapkan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan dari penguji,” ceritanya.

Memilih untuk melanjutkan laga di PIMNAS ke-33 dibandingkan menjadi wisudawan pada Oktober lalu membuat Stevan dan Julius tidak gentar untuk tetap mempertahankan status mahasiswanya hingga kompetisi usai. Terlebih, mereka telah merampungkan proses pengerjaan tugas akhir sebelum kompetisi bergengsi itu dimulai.

Capaiannya dalam menyabet medali emas di penghujung 2020 ini menjadi sesuatu yang tak terduga. Alumnus SMA Katolik St Louis 1 Surabaya itu beranggapan bahwa ia bisa meraihnya sebab karyanya dinilai mengangkat permasalahan yang relatable, dan mereka memberikan solusi yang komprehensif dalam satu sistem yang luas. “Selain itu kita hanya mencoba yang terbaik dengan mempersiapkan presentasi sematang mungkin, brainstorming, lalu sempat mengalami revisi berkali-kali,” ujarnya.

Menurut Steven, ia dan timnya cukup totalitas dalam perjuangan menyabet medali emas. Pengorbanannya tercatut dari menyisihkan waktu di aktivitas hariannya, menahan lelah dan kantuk, hingga menunda bahkan tidak mengikuti kelas demi PKM ini. “Syukur, saat presentasi berlangsung lancar, hasil latihannya menghilangkan rasa grogi. Selebihnya mengandalkan percaya diri saja,” ungkap pria berkacamata itu.

Sebagai salah satu ksatria yang meninggalkan emas untuk ITS, Steven dan tim berharap semoga PKM ITS semakin tahun semakin maju, baik dari sisi kualitas risetnya maupun dukungan dari manajemen. Mereka juga mengamini agar mahasiswa ITS semakin terpacu untuk bisa mengajukan banyak PKM yang lebih baik lagi karena riset keilmiahan. “Apalagi ide-ide yang kreatif dan mampu menyelesaikan banyak masalah itu integral dalam kehidupan akademisi,” tandasnya. (zar/vi)

Berita Terkait