ITS News

Jumat, 26 April 2024
30 Desember 2020, 15:12

Mahasiswa ITS Gagas Pemanfaatan Biomassa sebagai Pengisi Daya Listrik

Oleh : itsmis | | Source : www.its.ac.id
Ilustrasi desain pemanfaatan biomassa berjenis biogas berupa charging station sebagai pengisi daya listrik

Ilustrasi desain pemanfaatan biomassa berjenis biogas berupa charging station sebagai pengisi daya listrik

Kampus ITS, ITS News – Sumber biomassa berjenis biogas dari kotoran sapi di Indonesia jumlahnya sangat melimpah, namun pemanfaatannya masih sebatas untuk bahan gas rumah tangga saja. Melihat peluang besar tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menggagas pemanfaatan sumber energi biogas berupa charging station untuk pengisian daya pada baterai.

Mereka ialah Muhammad Nidhommuddin, Badar Hasjim, dan Gita Marcella yang berhasil merancang charging station pada peranti elektronik menggunakan energi terbarukan ini. Charging station rancangan mahasiswa Teknologi Rekayasa Instrumentasi ITS ini diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia mendatang. Mulai dari mengisi daya baterai kendaraan listrik hingga menyuplai listrik rumah tangga seperti lampu, kulkas, televisi, gawai, dan lainnya.

Nidhommuddin selaku ketua tim mengungkapkan, biomassa berjenis biogas dari kotoran sapi masih sangat melimpah dengan potensi sapi di Indonesia yang mencapai 15 juta ekor. Namun, pemanfaatannya masih sebatas untuk gas rumah tangga, sehingga mengakibatkan surplus yang banyak. “Apabila dibuang maka gas metana yang terkandung didalamnya dapat membahayakan lingkungan sekitar dan kesehatan manusia, oleh karena itu perlu adanya pemanfaatan,” tutur mahasiswa yang biasa disapa Nidhom ini.

Menurut Nidhom, salah satu pemanfaatannya ialah digunakan untuk menghasilkan listrik. Nidhom memaparkan, biogas dapat menghasilkan energi listrik sebesar 2,4 gigawatt apabila dimanfaatkan dengan baik. “Hal ini sejalan dengan maraknya kendaraan listrik di Indonesia dan juga sebagai upaya kami untuk mengurangi penggunaan energi fosil,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Nidhom menjelaskan bagaimana tahapan pemanfaatan kotoran sapi hingga bisa menjadi energi listrik. Awalnya kotoran sapi dimasukkan ke dalam reaktor dan dicampur air dengan rasio satu banding satu. Kemudian campuran tersebut disimpan selama 10 hingga 40 hari, sehingga menghasilkan biogas.

Tim yang menggagas pemanfaatan biomassa sebagai pengisi daya Listrik, yakni (dari kiri) Badar Hasjim, Muhammad Nidhommuddin, dan Gita Marcella

Tim yang menggagas pemanfaatan biomassa sebagai pengisi daya Listrik, yakni (dari kiri) Badar Hasjim, Muhammad Nidhommuddin, dan Gita Marcella

Selanjutnya, biogas akan masuk ke proses purifikasi untuk mendapatkan biogas murni dengan kandungan gas metana sebesar 98 hingga 99,5 persen. “Biogas murni inilah yang akan digunakan sebagai sumber energi pada genset, sehingga genset tersebut dapat menghasilkan listrik yang dimanfaatkan untuk electrical charging,” ujar Nidhom.

Berbeda dengan charging station pada umumnya, rancangan tim yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta (PKM-KC) 1 ini memiliki beberapa keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain, terdapat sistem kontrol rasio antara bensin dan biomassa jenis biogas, terdapat sistem Internet of Thing (IoT), dan mampu mengatasi kekurangan charging station umum yang masih menggunakan energi matahari melalui solar cell.

“Kondisi di Indonesia yang tidak menentu, terkadang hujan dan kadang panas, lalu ada pengaruh waktu yakni siang dan malam, mengakibatkan dibutuhkannya suatu lahan yang cukup besar untuk memenuhi daya yang diinginkan apabila menggunakan energi matahari,” urai Nidhom.

Berkat ide kreatifnya, Nidhom bersama timnya berhasil membawa pulang medali perunggu pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2020 pada kategori poster. Ia bersyukur bisa membawa nama baik kampus dan juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Arief Abdurrakhman ST MT selaku dosen yang telah membimbing timnya.

Nidhom berharap, kedepannya energi terbarukan khususnya biogas dari kotoran sapi dapat  dimanfaatkan dengan optimal dan bisa mendukung penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. “Semoga ide kami bisa diterapkan dan dapat mengatasi permasalahan terkait pengurangan penggunaan energi fosil,” harapnya. (meg/HUMAS ITS)

Berita Terkait