ITS News

Jumat, 03 Mei 2024
14 Maret 2020, 16:03

Bersama ITS, Balitbang Perhubungan Kenalkan Standing Water Detector

Oleh : itsmad | | Source : https://www.its.ac.id

Ketua Riset SWD ITS, Dr Melania Suweni MMT bersama Tim Balitbang Perhubungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (sumber: airspace-review.com)

Kampus ITS, ITS News — Dalam dunia penerbangan, faktor keamanan dan keselamatan sudah menjadi nadi di setiap aktivitasnya. Guna meningkatkan faktor tersebut, bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia telah merampungkan alat pendeteksi ketinggian air di landasan penerbangan.

Dunia penerbangan selalu identik dengan keamanan, keselamatan, serta kenyamanan. Peningkatan ketiga hal tersebut hingga kini selalu menjadi perhatian, terutama saat cuaca buruk seperti hujan. Sebab, adanya genangan air di landasan pesawat dapat memicu terjadinya hydroplaning, yakni kondisi pengereman yang tidak sempurna akibat adanya pemantulan pesawat dari permukaan landasan.

Oleh karena itu, dilakukanlah kerjasama antara Balitbang dengan ITS untuk mengatasi persoalan hydroplaning tersebut. Alhasil, lewat kerjasama yang sudah berjalan sejak 2018 lalu ini terciptalah sebuah inovasi berupa Standing Water Detector (SWD) dibawah koordinasi Dr Dra Melania Suweni Muntini MT, Ketua Riset SWD ITS.

Dilansir dari Airspace Review, Tenaga Ahli Bidang Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Masruri, mengatakan bahwa perangkat-perangkat penunjang keselamatan penerbangan seperti SWD ini sangat dibutuhkan untuk mencapai keselamatan penerbangan. Sebab, sejumlah kasus kecelakaan penerbangan di Indonesia diakibatkan adanya genangan air yang melebihi batas keselamatan penerbangan.

“Dengan alat ini, sebelum mendaratkan pesawatnya, pilot sudah mempunyai informasi bahwa tidak ada genangan air di landasan yang dapat menyebabkan terjadi incident maupun accident,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Melania yang juga merangkap sebagai Deputi Kepala Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan mengatakan, SWD akan menghitung secara cepat kenaikan genangan air di landasan saat terjadi hujan. Apabila melebihi 3 milimeter, indikator di sistem akan berwarna merah. Sementara bila belum mencapai ketinggian itu, indikator akan menunjukkan warna-warna lain.

“Alat ini nantinya dipasang di sejumlah titik di pinggir landasan. Melalui sistem algoritma perangkat lunaknya, ketinggian air dapat dipantau melalui komputer, sehingga petugas bandara tidak perlu turun langsung untuk mengeceknya,” tutur dosen Departemen Fisika ITS ini.

Untuk mendapatkan data akurasi dari pemasangan di tiap bandara, lanjutnya, data-data profiling dari sekitar 300 bandara yang ada di Indonesia akan dimasukkan satu persatu. Sebab, setiap bandara selalu memiliki data yang berbeda-beda terkait profiling landasan, posisi pemasangan alat, serta  jumlah sensor yang dibutuhkan. Hingga kini, SWD telah diuji coba di beberapa bandara, seperti di Bandara Trunojoyo Sumenep dan di Bandara Yogyakarta atau New Yogyakarta International Airport (NYIA).

“Saat ini SWD masih membutuhkan uji coba lanjutan hingga diharapkan bisa mendapatkan sertifikasi untuk dapat digunakan di bandara-bandara di Tanah Air,” ucapnya.

Kepala Puslitbang Transportasi Udara Balitbang Perhubungan, Capt Novyanto Widadi SAP MM dalam sambutan paparan SWD Senin (9/3) lalu dalam Workshop “Runway Safety Go-Team” di Makassar, Sulawesi Selatan mengatakan, alat ini merupakan wujud upaya terbaik Balitbang bersama ITS untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.

“Apa yang kami (Balitbang, red) sediakan adalah sistem pendekatan prediksi terbaik. Dengan ITS kami melakukan riset bersama, berupaya mengembangkan inovasi penerbangan demi mencapai keselamatan penerbangan tingkat tertinggi,” pungkasnya. (mad/rur)

Foto bersama Tim Peneliti dan Riset SWD (sumber: airspace-review.com)

Berita Terkait