ITS News

Selasa, 21 Mei 2024
23 November 2019, 21:11

Bakti Kami untuk Negeri: Mengabdikan Diri Dalam Menyelaraskan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

Oleh : itsbel | | Source : ITS Online

Sosok Yudha Prasetyawan ST MEng yang aktif dalam Forum Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Larasdikdudi) Kota Surabaya

Kampus ITS, ITS News – Penyelarasan dunia pendidikan dan dunia usaha sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten dalam bidangnya. Saat ini telah terdapat bukti bahwa ada banyak kesenjangan antara jumlah lulusan dengan jumlah kebutuhan dunia kerja, kesenjangan antara kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja, ketidakmampuan wilayah/daerah setempat dalam menyerap lulusan yang ada, serta adanya perubahan pada kondisi ekonomi. Sehingga harmonisasi dunia pendidikan dan dunia usaha perlu dipertimbangkan secara matang oleh pemerintah.

Ialah Yudha Prasetyawan ST MEng, salah satu sosok dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang mengabdikan diri dalam penyelarasan dunia pendidikan dan dunia usaha. Ia merupakan ketua dari Forum Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Larasdikdudi) Kota Surabaya. Forum tersebut lahir pada 26 September 2012 atas usulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Forum ini ada untuk menghapus kesan dunia pendidikan dan dunia usaha yang berjalan sendiri-sendiri,” terangnya.

Forum yang berdiri atas dasar untuk meningkatkan kinerja penyelarasan pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri ini juga menggandeng beberapa instansi dan komunitas masyarakat untuk mengakselerasi ketercapaian program yang ada. Adapun instansi dan komunitas yang tergabung dalam forum ini antara lain, beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Perwakilan Asosiasi Dunia Usaha, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Badan Perencanaan Pembangunan Kota, dan Dewan Perwakilan.

Selama masa kepengurusan yang dijalankan, terdapat empat visi besar yang menjadi dasar dalam menjalankan program-program yang ada. Pertama yaitu terkait peningkatan kuantitas. Selama ini para lulusan dari bangku sekolah selalu bergantung pada penawaran dan perminataan pekerjaan yang ada. Sementara jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak yang akan berpengaruh pada meningkatnya angka pengangguran. “Sehingga peningkatan lapangan pekerjaan perlu dilakukan untuk mewadahi jumlah lulusan yang ada,” jelasnya.

Kemudian, visi yang kedua yaitu terkait peningkatan kualitas. Seorang lulusan dituntut agar unggul dalam tiga aspek yaitu skill atau kemampuan, pengetahuan, dan adab atau sikap. Saat ini banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik, namun tidak memiliki sikap yang cukup baik. “Ditambah lagi beberapa lulusan tidak memiliki kualitas yang baik sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha,” selorohnya.

Untuk visi yang ketiga berkaitan dengan lokasi. Tantangan yang dihadapi adalah banyaknya penduduk dari daerah pedesaan yang mencari kerja di perkotaan. Fenomena tersebut sangat berdampak pada semakin terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada. “Ini diperlukan suatu arahan agar setiap daerah mampu menyerap sumber daya manusia yang dimiliki,” ujar Dosen Departemen Teknik Industri tersebut.

Sementara visi yang keempat adalah waktu. Sejauh ini para lulusan baik siswa maupun mahasiswa telah menempuh masa pendidikan kurang lebih empat tahun. Namun, beberapa dunia industri belum mampu mengetahui tren perubahan atau kebutuhan industri di masa yang akan datang. “Seharusnya dunia industri bisa memberikan data kebutuhan kompetensi kedepan yang dibutuhkan sehingga kurikulum pengajaran di dunia pendidikan dapat menyesuaikan hal tersebut,” terangnya kepada Kru ITS Online.

Selama tujuh tahun mengabdi kepada masyaraka, lanjutnya, ia tidak pernah sepersen pun digaji.  Alumnus Swinburne University of Technology Australia ini tetap fokus menjalankan roda kegiatan dalam Forum Larasdikdudi. Ia memiliki konsistensi yang kuat untuk dapat menjalankan program-program yang ada supaya dapat memenuhi tantangan empat dimensi visi besar yang telah disebutkan sebelumnya.

Ia juga membeberkan bahwa perjalanan panjang itu dibangun dengan usaha yang tidak mudah. Pada awal dirintisnya forum ini banyak pihak yang meragukannya, terutama dalam hal membangun persepsi yang sama antar angota di dalamnya. “Namun seiring berjalannya waktu kami dapat membangun kepercayaan dan relasi dengan banyak pihak dan instansi,” tambahnya.

Tidak hanya fokus dalam Forum Larasdikdudi, lulusan ITS tahun 1999 ini juga dikenal dekat dengan masyarakat di sekitar kediamannya di daerah Gunung Anyar, Surabaya. Sebagai dosen yang aktif dalam dunia pegabdian masyarakat, ia turut menggelar kegiatan dalam rangka memaknai hari pahlawan yang jatuh pada 10 November lalu. Ia mensinergikan beberapa instansi seperti Departemen Teknik Industri ITS, Forum Larasdikdudi, Politeknik Kesehatan, dan masyarakat setempat untuk mengadakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan revolusi industri keempat.

Kegiatan yang mengusung tema Beyond 4.0 itu bertujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang arti kompetisi, kompetensi, dan kerjasama dalam bidang pendidikan, teknologi, dan kesehatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu, masyarakat juga dibekali wawasan terkait penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja termasuk semangat berwirausaha. “Tidak lupa kami juga memaparkan beberapa kemampuan yang harus dihadapi di era revolusi industri keempat yaitu terkait penguasaan bahasa asing,” timpalnya.

Kegiatan ini juga turut menghadirkan beberapa siswa SMK dan Lembaga Kursus Pelatihan se-Kota Surabaya. Mereka akan memaparkan kompetensi dan daya saing yang dibutuhkan dalam bekerja atau berwirausaha. “Masyarakat sangat mendukung penuh terkait adanya kegiatan tersebut, bahkan mereka sangat kooperatif dan mau duduk bersama demi terselenggaranya kegiatan ini dengan baik,” sambungnya.

Untuk kedepannya, ia akan terus mengembangkan Forum Larasdikdudi ini supaya dapat terus memberikan dampak positif kepada anggota didalamnya maupun masyarakat sekitar. Menurutnya, ketika jumlah lulusan sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan maka forum ini akan ditutup. “Yang terpenting bagi saya saat ini adalah saya akan terus berusaha supaya dunia pendidikan bisa mengukuti ritme dunia industri maupun dunia usaha kedepannya,” ujarnya penuh harap. (lut/bel)

Berita Terkait