ITS News

Senin, 27 Mei 2024
16 Oktober 2019, 21:10

Hari Pangan Sedunia, Saatnya Kita Membuka Mata

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Inlustrasi Hari Pangan Sedunia (Sumber gambar: Pinterest)

Kampus ITS, Opini – Peran makanan bergizi dalam kehidupan kita memang sangatlah penting. Tak hanya membantu pertumbuhan badan, namun juga pertumbuhan otak. Namun, pernahkah kalian berpikir bahwa di luar sana, masih ada orang yang mempunyai permasalahan tentang pangan? 16 Oktober 2019 yang sekaligus diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia (World Food Day) tahun ini mengangkat tema Our Actions Are Our Future Healthy Diets for A #ZeroHungerWorld.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa pada 2018, ada lebih dari 821 juta orang menderita kelaparan, kerawanan pangan, dan gizi buruk di seluruh dunia. PBB mencatat jumlah ini terus meningkat selama tiga tahun terakhir. juga menurut Global Hunger Index, Indonesia masih berada pada indeks 21,9 yaitu masuk pada kategori masalah kelaparan serius. Kedua data tersebut menunjukkan jika permasalahan pangan masih menjadi topik serius bagi kita.

Tak hanya itu saja, permasalahan yang biasanya diangkat untuk memperingati Hari Pangan ini berbeda-beda. Selain mengangkat isu tentang kelaparan, ada juga yang mengangkat masalah porsi makanan yang sehat dan ideal. Menurut Kementrian Kesehatan, cara mengendalikan porsi makan yang ideal adalah dengan membagi piring menjadi empat bagian. Bagian kiri piring, 50% dari besar piring diisi makanan pokok dan lauk-pauk. Sementara itu bagian kanan piring, yaitu 50% sisanya diisi dengan sayur dan buah.

Tidak hanya makanan yang sehat, tetapi juga  tentang makanan yang aman, masih banyak kasus malnutrisi dikarenakan konsumsi makanan yang kurang baik untuk kesehatan, terutama di usia dini. Catatan Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi buruk pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek turun dari 37,2 persen menjadi 30,8 persen (Riskesdas 2018). Demikian pula pada proporsi status gizi kurang turun menjadi 17,7 persen dari 19,6 persen (Riskesdas 2013). Hal ini  menimbulkan kesadaran, bahwa kita harus memperhatikan apapun yang masuk ke dalam tubuh, khususnya makanan.

Dari segi perekonomian, harga pangan juga bervariasi mulai dari kritis sampai stabil lagi. Ketika bahan pangan melonjak naik, masyarakat menengah ke bawah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, dan harus memangkas sejumlah kebutuhan. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Ketut Kariyasa, menyebutkan bahwa sejak 2015-2018 bahan makanan atau pangan menyumbang inflasi terendah. Jika seperti ini, misi indonesia untuk menyejahterakan bangsa akan semakin susah dicapai.

Harusnya, pemerintah lebih membuka mata untuk masalah kirisis pangan ini. Mengingat banyak kasus makanan yang sudah tidak aman beredar karena terpatok oleh harga bahan baku yang relatif mahal. Akhirnya, pedagang cari jalan lain untuk tetap menjual makanan-makanan berbahaya. Seperti bakso boraks, mie berformalin, dan masih banyak lainnya. Apabila makanan saja sudah tidak aman dan tidak terjamin gizinya, bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa ini bisa berkualitas?

Sebagai pemuda, kita harus memulai. Dari hal kecil yang bisa kita lakukan bersama teman-teman. Salah satunya, kita bisa memberikan sosialisasi dan edukasi ke teman-teman kita yang di pedesaan atau daerah jauh dari makanan bersih. Kita juga bisa mengingatkan masyarakat bahwa di luar sana, masih banyak orang yang memerangi kelaparan. Maka dari itu, diberikan himbauan untuk jangan membuang- buang makanan. Hal ini juga berlaku bagi diri kita sendiri.

Sebenarnya, masalah pangan di indonesia maupun di dunia ini banyak yang harus dibahas. Tetapi peringatan hari pangan sedunia ini diharapkan agar masyarakat Indonesia maupun luar negeri tetap menjaga makanan yang masuk ke tubuh. Jangan menyisakan makanan, karena di luar sana, masih banyak yang membutuhkan makanan, apalagi makanan yang sehat. Jangan tak acuh ketika ada makanan yang sudah mulai basi, karena akan bereaksi buruk bagi tubuh. Juga untuk masyarakat, mari lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang aman dikonsumsi, terutama makanan yang diberikan untuk anak-anak.

 

Ditulis oleh:

Fatima Az Zahra

Mahasiswa D-4 Departemen Teknik Kimia Industri ITS

Angkatan 2019

 

Berita Terkait