ITS News

Kamis, 02 Mei 2024
04 Agustus 2019, 09:08

Mahasiswa ITS Tanggapi Permasalahan di Indonesia Lewat Simposium Internasional XI

Oleh : itshen | | Source : -

Mahasiswa ITS dan Unair usai mengikuti Simposium Internasional PPI Dunia

Kampus ITS, ITS News – Ada banyak peran mahasiswa di dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya adalah turut serta duduk bersama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Di Simposium Internasional Persatuan Pelajar Indonesi (PPI) Dunia yang digelar di Johor, Malaysia ini, enam mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berpartisipasi aktif dalam usaha menuntaskan berbagai permasalahan di Indonesia.

Mereka adalah Nanda Achmad Bachrus S dari Departemen Desain Komunikasi Visual, R. Ng. Bintang Permana Aji Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, M. Dihan Ramadhan Pradana dari Departemen Teknik Transportasi Laut, Luthfi Fathur Rahman, Rubiyono dan Hasbi Akbar dari Departemen Teknik Mesin yang berkesempatan megikuti kegiatan yang diselenggarakan selama lima hari di Universiti Teknologi Malaysia (UTM).

Nanda mengatakan, dalam simposium ke-11 tersebut terdapat agenda sidang komisi yang menuntut kepedulian para pelajar dalam menghadapi isu yang melanda negeri ini. Terdapat empat pembagian sidang komisi, diantaranya ekonomi, kesehatan, sosial budaya dan Pendidikan. “Harapannya sidang ini dapat memberikan hasil positif berupa solusi dan terobosan baru yang akan disampaikan pada pemerintah terkait,” ujarnya.

Mahasiswa asal Blora ini mengaku mengikuti sidang komisi di bagian pendidikan. Permasalahan yang disoroti dalam sesi dikusi tersebut adalah zonasi Pendidikan bagi pelajar. Seperti yang sudah diketahui, kebijakan yang dilandaskan pada kurikulum 2013 ini sempat membuat geger Indonesia. Alih-alih membatasi ruang belajar murid, menurut Nanda pemerintah juga harus meratakan sumber daya pengajar yang mumpuni di seluruh sekolah di Indonesia. “Jadi intinya tidak ada ketimpangan prestasi antar sekolah,” tambahnya.

Selain zonasi Pendidikan, kebiasaan literasi juga menjadi bahasan menarik dalam sidang tersebut. Terlebih hasil survei minat baca yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) menunjukkan Indonesia berada di urutan 62 dari 70 negara yang di survey. “Maka dari itu, minat membaca perlu ditanamkan sejak dini pada anak melalui keluarga,” tegas mahasiswa kelahiran 3 April itu.

Lebih lanjut, baginya dunia kampus harus terus menggencarkan riset. Minimnya riset dan inovasi tentu berdampak pada belum adanya perguruan tinggi Indonesia  mencapai angka 100 terbaik di dunia. Kebiasaan mahasiswa yang hanya menunggu dosen di dalam kelas harus segera diubah. “Kalau bisa dosen dan mahasiswa harus aktif dalam mengadakan penelitian,” ungkapnya.

Foto bersama usai kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia

Berbeda dengan Nanda, Luthfi yang juga menghadiri konsorsium lebih memilih fokusan energi mengatakan, dalam sidang komisinya dibahas dua isu besar yakni renewable energy sama energy management. “Ya kita bahas itu energi digunakan buat apa sama diskusi kelebihan dari energi terbarukan di Indonesia,” tambah mahasiswa berkacama tersebut.

Hasilnya dalam lima tahun kedepan, PPI dan pemerintah harus fokus pada tujuh hal antara lain, Zonasi sumber energy, mapping power generation dan mengadakan kajian terhadap undang – undang ataupun kebijakan lainnya terkait renewable energy dan penjagaan lingkungan. Selain itu juga memberi rekomendasi pembentukan badan audit energy, penetapan sasaran politik bidang energi yang tidak berubah dan dikembangkan dalam jangka Panjang. “Yang terakhir adalah melakukan riset dan pengembangan terhadap efisiensi pembangkit bahan bakar fosil serta terus mengawasi perkembangannya agar lebih aplikatif,” pungkasnya. (hen/owi)

Berita Terkait