ITS News

Sabtu, 27 April 2024
11 Desember 2018, 13:12

Mengatasi Tanah Lunak dengan Prakompresi

Oleh : itsmis | | Source : -

Direktur PT Teknindo Geosistem Unggul, Ir Wahyu P Kuswanda saat memberikan penjelasan pada kuliah tamu di Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS

Kampus ITS Surabaya, ITS News – Kondisi tanah lunak kerap kali menjadi masalah yang menghambat percepatan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, perlu adanya perbaikan melalui pemampatan awal atau prakompresi. Hal ini selaras dengan penuturan Ir Wahyu P Kuswanda dalam kuliah tamu yang digelar Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (7/12).

Memulai kuliahnya, Direktur PT Teknindo Geosistem Unggul itu memberikan contoh pembangunan jalan Pantura Jawa yang dimulai sejak era Daendels dan tak kunjung usai hingga saat ini. Menurutnya, hal itu dikarenakan terjadinya penurunan pada perkerasan jalan yang diakibatkan kondisi tanah lunak. Terlebih, tanah lunak menempati area sebesar 20 juta hektar atau sekitar sepuluh persen dari daratan Indonesia. “Setiap diuruk setinggi tiga meter terjadi penurunan sampai 80 sentimeter,” ungkap pria kelahiran Bantul tersebut.

Pria yang sudah mengerjakan lebih dari 200 proyek perbaikan tanah lunak itu menambahkan, jika terus dibiarkan, hal ini dapat membatasi besarnya beban bangunan yang mampu dipikul oleh tanah dasar. Selain itu, akan terjadi penurunan yang relatif besar pada bangunan atau adanya kemungkinan gangguan yang terjadi pada bangunan sekitar lokasi proyek. “Misalnya saja kondisi tanah lunak yang mengakibatkan penurunan oprit (timbunan tanah, red) di jembatan Merr,” tambahnya.

Lebih lanjut, untuk mengatasi tanah lunak berjenis lanau berpasir hingga lempung dapat dilakukan prakompresi dengan cara pemberian beban tanah timbunan (soil preloading). Dengan metode ini, air pori dalam tanah dikeluarkan saat tanah dibebani oleh timbunan tanah. Selain itu, proses ini dibantu oleh lembaran yang berfungsi mempercepat waktu pemampatan yang biasa disebut prefabricated vertical drain (PVD). “Kita tunggu sampai penurunannya mencapai 90 persen, setelah itu baru dibangun perkerasan jalan di atasnya,” tutur alumnus Teknik Sipil ITS itu.

Sedangkan, untuk tanah lempung berlanau ataupun lempung diatasi dengan cara pemompaan vakum (vacuum preloading). Pada pemberian beban awal internal yang turut dibantu PVD, air pori dalam tanah dikeluarkan dengan penghisapan oleh pompa berkekuatan 80 Kpa yang setara dengan timbunan lima meter tanah. “Untuk daerah peti kemas bisa juga memanfaatkan kedua metode ini,” pungkasnya. (hen/owi)

Dari kiri Mohammad Khoiri ST MT PhD, Ir Wahyu P Kuswanda dan Dr Machsus ST MT saat akan melaksanakan kuliah tamu

Berita Terkait