ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
30 November 2018, 00:11

Kisah Alumnus ITS Pemilik 14 Perusahaan

Oleh : itsmis | | Source : -

Alumnus Teknik Mesin ITS Jogyo Susilo ST yang memiliki 14 Perusahaan berbeda

Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa teknik seringkali beranggapan bahwa pekerjaannya ke depan setelah kelulusan adalah menjadi engineer semata. Padahal, menurut salah satu alumnus Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Jogyo Susilo ST, alumni teknik memiliki prospek jauh lebih dari itu. Sang pemilik 14 jenis perusahaan berbeda yang tersebar di Gresik, Jakarta, dan Surabaya ini membagikan kisahnya kepada mahasiswa ITS.

Pria kelahiran 1969 ini menyebutkan, pada saat berstatus fresh graduate, ia enggan mengirimkan lamaran pekerjaan di bidang sales dan marketing. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh jiwa engineering dan ekspektasinya akan dunia pekerjaan teknik yang terlalu tinggi. Namun hal ini berbalik saat Cak Jogyo, sapaannya, menjadi trainee di PT Trakindo. Jiwa kewirausahaan Cak Jogyo mulai terbentuk pada saat itu. Bahkan, ketika dinobatkan menjadi trainee terbaik, ia lebih memilih untuk bekerja di sektor sales dan marketing.

Jiwa kewirausahaan Cak Jogyo semakin kuat ketika melaksanakan tugasnya sebagai kepala bidang dealer alat-alat berat. Dengan pekerjaan yang menuntut intensnya komunikasi dengan para kepala direksi perusahaan membuatnya semakin tertarik untuk menduduki posisi teratas dari sebuah usaha dan mencoba membuat bisnis sendiri.

Jogyo mengakui, pada masa awal percobaannya, usahanya mengalami kegagalan terus-menerus. Ia mengawali karir di bidang wirausaha ini dengan usaha pemberdayaan petani cabe, petani kelapa, dan dilanjutkan pemulung. Namun, sayangnya, usahanya tidak berjalan dengan baik. Ditambah, uang hasil penjualannya dibawa pergi oleh para petani cabe, kelapa, dan pemulung tersebut.

Tak lama setelah kegagalannya, Cak Jogyo beralih ke perusahaan Shell Companies yang berfokus di bidang pertambangan. Pada 2001 yang merupakan tahun awal di perusahaan ini, seakan tak jera, Jogyo membuka usaha ekspor benih ikan bandeng, atau yang biasa disebut dengan nener, ke Filipina. Usaha ini kemudian kembali gagal karena beberapa permasalahan hingga kebangkrutan. Namun, impiannya untuk menjadi wirausahawan sukses tak pernah padam.

Pada 2003, salah satu usahanya membuahkan hasil yang membanggakan, yakni SAS Security & Parking PT Senatama Adidaya Sakti. Ia menjelaskan, pada awalnya Jogyo hanya berbincang dengan teman lamanya yang bekerja di bidang sekuriti, namun ternyata perbincangan ini menjadikannya tertarik untuk mengembangkan bisnis potensial itu.

Cak Jogyo kemudian memanfaatkan relasinya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bisnis sekuriti dan melakukan pengamatan akan kompetitor. “Pada saat itu, saya menganalisis berbagai hal menggunakan metode SWOT yang pernah dipelajari di bangku perkuliahan. Saya merasa perusahaan saya harus berbeda, oleh karenanya saya menjadikan servis kepada pelanggan sebagai kunci utama,” jelasnya.

Ia melanjutkan, servis yang diberikan oleh perusahaannya berupa informasi dan ramah tamah yang dimiliki sekuriti. Menurutnya, sekuriti tidaklah hanya seseorang yang berdiri seperti penjaga pintu, melainkan lebih dari itu. “Pada tahun 2003, sekuriti hanya sebatas penjaga keamanan. Lalu saya mengubahnya dengan menjadikan sekuriti yang kami kerjakan mampu memiliki sifat sosial yang baik dan empati,” paparnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen yang datang dengan membantu membawa barang bawaan yang berat jika diperlukan hingga mengetahui seluk beluk mall itu sendiri.

Tak lama setelah bisnis inovasi sekuritinya booming, hingga meningkatnya permintaan dari berbagai mall, perusahaan sekuriti lain ikut meniru inovasinya. Usaha ini berlanjut dengan kesuksesan hingga pada akhirnya kondisi bisnis yang tidak lagi baik membuatnya menutup perusahaan ini. Namun, tak lama setelah kegagalan yang keseribu kalinya ini, ia kembali ke dunia bisnis dengan delapan perusahaan baru.

Cak Jogyo pun tak lupa berpesan kepada mahasiswa ITS bahwasanya untuk menjadi seorang pengusaha, seseorang harus memiliki mental yang pantang menyerah. “Termasuk berani mengambil resiko, mampu menjalin relasi yang baik, melakukan pengamatan akan kompetitor, dan mengetahui how to survive,” ucapnya. (mia/owi)

Berita Terkait