ITS News

Sabtu, 04 Mei 2024
10 Maret 2009, 16:03

Teori Bernoulli Solusi Lumpur Lapindo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Selain mengundang  konsultan independen internasional di bidang pengeboran, Josef Tupamahu, pihak Badan Penyelesaian Lumpur Lapindo (BPLS ). Turut hadir pula Dahlan Iskan , CEO Jawa Pos Grup. Penawaran solusi dengan dasar teori Bernoulli merupakan topik hangat dalam diskusi kali ini.

Ada beberapa alternatif yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah lumpur Lapindo. Salah satunnya adalah menghentikan aliran lumpur menggunakan teori Bernaulli.  Teori ini memiliki prinsip bahwa tekanan atas dan bawah haruslah seimbang. ”Untuk itu, perlu dibangun dinding Bernoulli diatas tanggul,” ungkap Josef Tupamahu.  Selanjutnya Josef  menekankan setelah lumpur berhenti maka tugas selanjutnya adalah menutup retakan didasar pengeboran dengan memompakan semen kedalam retakan.

”Masalahnya kami perlu data akurat mengenai besarnya tekanan dalam sumur untuk dapat menghitung tinggi dinding Bernouli yang harus di bangun,” ujar Josef kemudian.  Menurut Yosef, pihak lapindo seharusnya mempunyai data lengkap tekanan dalam sumur yang dapat dipublikasikan untuk kepentingan ilmiah. ”Sampai sekarang pihak Lapindo belum terbuka soal itu, kami tidak bisa memperhitungkan dengan pasti. Sampai saat ini hanya sebatas perkiraan saja,” terang Josef.

Senada dengan Josef, ketua LPPM ITS Prof Ir I Nyoman Sutantra MSc PhD, mengakui bahwa teori ini tidak diragukan lagi, namun dalam hal penerapan perlu dilakukan beberapa perhitungan. ”Selain data  tekanan juga di perlukan data tentang tanah di sekitar sumur pengeboran,” ujar Nyoman.

Alternatif lain yang di usulkan adalah membuang lumpur lapindo ke sungai porong. ”Alternatif itu kami tolak karena akan mencemari sungai,” jelas Nyoman. Sehingga menurut Nyoman, alternatif yang paling mungkin dilakukan saaat ini adalah membangun dinding Bernaoulli.

”Kami mengundang pihak-pihak terkait agar dapat mengetahui pro dan kontranya. Menyumbang buah pikiran untuk dapat mencari solusi terbaik,” terang Nyoman. Kedepannya Nyoman berencana mengundang pihak Lapindo secara langsung untuk dapat memberikan data – data yang di perlukan. ”Supaya tidak terjadi debat kusir,  menemukan penyelesaian pasti karena sudah ada data yang pasti,” ujar Nyoman.

Menurut Nyoman, walaupun telah dilakukan beberapa kajian dan diskusi mengena kasus lumpur Lapindo terdapat beberapa simpul yang belum mendapat titik temu. ”Itulah mengapa kita mengumpulkan para ahli,” terang nyoman. Ilmuwan kata Nyoman, bertugas menawarkan solusi terbaik, selanjutnya pemerintah yang harus menindaklanjutinya.

Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD juga menambahkan bahwa ITS sebagai salah satu institusi pendidikan mempunyai tanggung jawab moril terhadap penyelesaian kasus lumpur Lapindo. Terlebih  karena lokasi ITS dekat  dengan lokasi terjadinya semburan lumpur. ”ITS telah menggunakan pakar-pakarnya untuk menyumbang pemikiran terkait solusi kasus Lumpur Lapindo,” ujar Probo.(az/asa)

Berita Terkait