ITS News

Senin, 29 April 2024
03 Juni 2008, 16:06

Dua Mahasiswa ITS Jadi Duta Pertukaran Budaya Ke Thailand

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Umarudin yang akrab disapa Umar ini memang dikenal sebagai aktivis di organisasi. Begitu pula dengan Rhamo. Umar adalah Ketua Himpunan D3 Teknik Mesin ITS, sedangkan Arkadia Rhamo saat ini masih menjabat sebagai Ketua Departemen Pola Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) di Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS.

“Saat itu saya diberi tahu teman kalau ada beasiswa ini,” ungkap Rhamo. Ia mengatakan bahwa tak ada rencana untuk mengikuti beasiswa ini sebelumnya. Begitu pula dengan Umar. Ia malah tahu bila ada beasiswa ini di saat hari-hari terakhir pendaftaran.”Teman saya dari BEM FTI yang memberitahu,” tutur Umar.

Persyaratan dari beasiswa ini adalah keaktifan berorganisasi dan IPK. ”Beasiswa ini memang dikhususkan untuk mahasiswa yang aktif di organisasi seperti ketua himpunan, presiden BEM, dan fungsionaris suatu organisasi,” jelas Umar.

Setelah bercerita tentang awal mula mereka mendapat beasiswa ini, para aktivis ini kemudian menceritakan pengalaman menarik mereka selama di Thailand. Umar bercerita bahwa di sana mereka memiliki beberapa agenda. Diantaranya adalah melakukan pertukaran budaya. ”Saya mencoba menampilkan satu tarian asal daerah saya madura, yaitu tari pecut. Sedangkan Rhamo saat itu membawakan tari Shaman asal Aceh,” kata Umar.

Bersama dengan 30 mahasiswa Indonesia lainnya mereka mencoba menampilkan kebudayaan asli Indonesia di negeri gajah putih tersebut. “Bangga rasanya bisa membawa nama bangsa di negara orang,” ungkap Rhamo.

Mahasiswa asal Kediri ini pun mengatakan bila banyak warga Thailand yang interest dengan tarian kebudayaan kita. Ia menyayangkan bila kesenian sebagus ini tak menjadi primadona di negeri kita sendiri. ”Masalahnya sumber daya kita yang masih kurang memberi apresiasi. Jadi seharusnya kini kita harus banggalah pada produk kita sendiri,” komentarnya.

Senada dengan Rhamo, Umar pun mengaku bahwa kebudayaan Indonesia memang tak kalah. ”Di sini saya tersadar bila sebenarnya kebudayaan kita tak kalah dibanding negara manapun,” tuturnya. Mahasiswa yang kini tinggal mengerjakan Tugas Akhir ini bahkan mengaku sempat meneteskan air mata ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan di sana.”Saya benar-benar bisa meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu tersebut,” kenangnya.

Selain melakukan pertukaran budaya, Umar dan Rhamo juga berkunjung kesalah satu universitas yaitu, Raja Manggala of Technology University. “Di sana kami diajarkan beberapa budaya Thailand, seperti tari-tarian dan belajar desain di kelas,” cerita Rhamo. Namun Rhamo kecewa ketika sampai di sana. ”Saat kita sampai di sana ternyata Thailand sedang liburan, kami tak sempat bertemu dengan mahasiswa aktivis Thailand,” ungkapnya.

Perjalanan berlanjut, mereka pun diajak untuk menikmati panorama negeri gajah putih tersebut. Mulai Garden Palace hingga indahnya sungai Chao Praya. ”Garden Palace ini adalah rumahnya para raja Thailand,” ungkap Umar. Sama hal nya dengan Borobudur di Indonesia Garden Palace ini, menurut Umar adalah Objek wisata yang banyak diminati.

Selain itu satu kesempatan yang menurut yang tak terlupakan adalah menjadi suporter tim nasional Futsal Indonesia. ”Saat itu kami juga berkunjung ke stadion nasional di Thailand. Ternyata saat itu ada timnas kita,” ungkap Rhamo. Ia dan mahasiswa lainnya pun langsung menjadi suporter dadakan. “Pokoknya ini jadi unbeliaveable moment,” tambahnya.

Sepulang dari Thailand, para aktivis ini pun harus membuat laporan tentang segala aspek yang mereka temukan di Thailand. Selain itu mereka juga harus menyelesaikan amanah lain yang mereka tinggalkan selama tiga minggu di Thailand.

“Saya harus menyelesaikan TA (Tugas Akhir), karena semester ini harus selesai. Dan menyelesaikan amanah himpunan dengan pembuatan LPJ (laporan Pertanggung Jawaban,” ungkap Umar.

Delapan Mahasiswa ITS Lainya Tunggu Kesempatan
Selain Umar dan Rhamo ada delapan Mahasiswa ITS yang juga berkesempatan memperoleh beasiswa unggulan aktivis dan juga akan menjadi duta pertukaran budaya. Mereka adalah Mochammad Slamet mahasiswa yang juga menjadi presiden BEM MIPA ITS ini akan berangkat ke Malaysia bersama Rakhmadi Harsyanto serta Arif Syaifudin mahasiswa PWK(Perencanaan Wilayah Kota). Brunei Darussalam pun juga menjadi tujuan. Mahasiswa yang akan dikirim ke sana adalah Achmad Safi’I dari PWK serta Rr Ika Sulihanawati dari Teknik Fisika.

Kemudian Fajjar Nofiawati mahasiswa PWK 2005 juga akan diberangkatkan ke Philipina bersama 2 mahasiswa lainnya. Mereka adalah Rahma Purisari mahasiswi Arsitektur serta Lutfan Sinatra mahasiswa Teknik Fisika angkatan 2004.

Beasiswa aktivis ini sendiri merupakan usaha pemerintah untuk menambah daya saing bangsa. Dalam situs resmi Depdiknas pemerintah menjelaskan bahwa program beasiswa ini merupakan program integrasi dari berbagai disiplin ilmu yang diharapkan mampu mencetak aktivis berdaya saing agar mampu berkontribusi kepada daya saing bangsa. (yud/han)

Berita Terkait