ITS News

Senin, 29 April 2024
03 Juni 2008, 10:06

Dua Dosen FTK Jadi Guru Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Penerapan Teknik Kecerdasan Buatan Dalam Mendukung Proses Perancangan Kapal, Djauhar mengenalkan kemampuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam proses perancangan sebuah kapal. AI di sini adalah cabang dari ilmu komputer untuk mengimplementasi apa yang ada di otak manusia.

Menurut Djauhar yang juga Dekan FTK ini, pemanfaatan pengalaman desain kapal yang sudah ada untuk proses desain baru dapat menjadi solusiya. Dimana desainer dapat memperpendek proses desain, tidak perlu dimulai dari awal karena menggunakan desain yang sudah ada sebagai pembanding. Tinggal menyesuaikan dengan permintaan dari owner.

”Semua itu akan lebih efektif jika proses tersebut di bantu oleh komputer yang sudah ditanamkan kecerdasan buatan atau AI didalamnya, ” ungkap Djauhar yang mengambil gelar doktornya di Strathclyde University, Skotlandia.

Teknik kecerdasan buatan telah mulai banyak dilakukan pada tiga jenis desain yaitu,proses desain yang berbasis contoh–contoh desain lama atau biasa dikenal dengan Case Based Design. Kedua, proses desain yang berbasis pengetahuan (knowledge based design ) dan yang terakhir adalah proses desain yang memanfaatkan proses generalisasi terhadap contoh–contoh desain lama.

”Tapi tetap saja semua program–proram komputer tersebut di ciptakan oleh manusia itu sendiri. Jadi memang manusia mempnyai tingkat intelligence tinggi. Akan sangat bermafaat jika di kembangkan secara maksimal,” jelas pria kelahiran 2 Desember 1960 ini.

Sementara itu di tempat yang sama, Ikap, panggilan akrab dari I Ketut Pria Utama akan menyampaikan orasi ilmiah yang bertajuk Peranan Hidrodinamika Dalam Bidang Desain Kapal dan Kehidupan Sehari-hari, dan mengangkat konsep hidrodinamika yang bisa diterapkan dalam mendesain sebuah kapal.. ”Agar kapal dapat bergerak lebih lincah, mempunyai resisten kecil sehingga dapat menghemat penggunaan BBM pada mesin kapal. Dan juga harus bisa mengangkut muatan yang lebih banyak,” terang Ikap terkait dengan konsep hidrodinamika

”Di Indonesia masih lebih banyak kapal besar yang di gunakan ketimbang kapal–kapal kecil.padahal kapal besar dari segi pergerakanya akan lebih sulit dari kapal kecil,” ujar Ikap yang juga menjadi anggota dari The Royal Institution of Naval Architecs (RINA) ini. Kapal besar mempunyai desain monohulls yaitu kapal dengan satu lambung utama sehingga resisten yang di dapat oleh kapal tersebut akan lebih besar.

”Kapal jenis katamaran adalah salah satu solusi untuk masalah tersebut, ” pungkas Ikap lagi. Kapal dengan desain dua lambung ini mempunyai keungulan di banding dengan kapal–kapal besar. ”Karena lambung yang dimiliki lebih ramping dan lebih streamline sehingga resisten yang didapat kapal tersebut akan lebih kecil dari pada kapal dengan desain monohulls,” jelas Ikap. Selain itu, ukuran permukaan kapal kamaran dapat di desain sedemikian rupa tergantung dari kebutuhan agar dapat membawa muatan yang maksimal

Untuk kapal- kapal besar yang mempunyai panjang lebih dari 100 meter. Ikap menyarakan kapal tersebut menggunakan bulbous bow. Bulbbous bow merupakan bagian haluan kapal di bawah permukaan air yang dibentuk mengembung seperti bola. Berfungsi sebagai pemecah gelombang yang berguna untuk memudahkan kapal ketika melakukan manufering. "Memperpendek waktu bersandar di pelabuhan sehingga dapat menghemat pemakaian BBM," tambah Ikap (Az/rif)

Berita Terkait