ITS News

Senin, 29 April 2024
25 Mei 2008, 19:05

Akhirnya BBM Jadi Naik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Beberapa jam kemudian saya bertemu seorang guru SMP di Surabaya yang sudah saya anggap Ayah sendiri. “Pak, tadi malam nggak ikut ngantri?” sapaku. “Ngapain mas, mbelani ngantri capek-capek, cuma selisih 10 ribu, toh besok-besok juga pasti beli yang harganya 6 ribu,” komentarnya. “Oh iya, benar juga pak!” ujarku, sekali lagi saya hanya bisa menyatakan sepakat.

Itulah realita yang terjadi di negara yang hidup segan mati tak mau ini. Sekarang bangsa ini punya acara ritual baru. Setiap pengumuman kenaikan BBM, masyarakat berbondong-bondong sowan (silaturahim, red) ke SPBU. Sudah pasti SPBU akan penuh dengan antrian sampai mendekati “deadline” jam 00.00.

Dukung atau Tolak?
Dengan berat hati, Presiden SBY menaikkan harga BBM mulai Sabtu jam 00.01 dengan rata-rata kenaikkan 28,7 % (Menkeu Sri Mulyani). Pemerintah beralasan untuk menyelamatkan APBN dan mengimbangi harga minyak dunia yang sudah mencapai 132,07 Dollar AS/barrel. Berarti sudah tiga kali beliau menaikkan harga BBM semenjak menjadi presiden.

Kalau dipikir memang tidak adil, tapi mayoritas hal itu didasari karena rasa su’udzon kita terhadap pemerintah. Bayangkan, 70% subsidi BBM ternyata dinikmati oleh 40% orang terkaya di negeri ini. Jadi uang senilai Rp 142,5 Trilyun hanya dinikmati manusia yang punya berderet kendaraan mewah di garasinya (sumber Kompas). “Rakyat miskin kan jarang yang punya kendaraan, kalau punya pun pasti ngirit bensin!”.

Namun, keraguan atas pemberian BLT sebagai kompensasi pun muncul. Menurut beberapa pengamat, hal itu sama saja memberikan ikan bukan pancingnya atau dengan kata lain menumbuhkan jiwa pengemis bangsa. Hal itu langsung disangkal Mensos Bachtiar Chamsah. “BLT untuk menolong masyarakat miskin secara langsung,” tegasnya dalam wawancara eksklusif  TV One.

Hentikan Demo dan Berkomentar!
“Sungguh memalukan!” komentarku ketika polisi mendapati puluhan senjata tajam, miras, molotov bahkan ganja dan narkoba di kampus Unas. Seharusnya kalau Pak Polisi “main” ke kampus, mereka akan menemukan buku mektek, mekflu, matrek, gartek, tugas gambar, proposal TA atau barang-barang lainnya yang bernilai ilmiah. Jadi, wajar saja kalau Kapolda Adang Firman mempertanyakan kemurnian aksi mahasiswa.

Percuma kawan…kalau engkau masih memaksakan diri untuk berdemonstrasi, engkau hanya akan mendapatkan teriknya matahari dan pentungan polisi. Lebih baik dedikasikan tenaga dan waktu untuk mencari solusi. Boleh dengan penelitian bahan bakar alternatif, bagaimana optimasi sumber daya alam atau pemikiran kritis solutif yang semuanya dituangkan dalam karya-karya riil yang lebih elegan.

Jangan menyalahkan satu pihak

Pemerintah juga diharap untuk berhenti berkomentar dan memperkeruh suasana. Contoh, gaya straight forward-nya Wapres JK yang meminta mahasiswa untuk menghentikan demo, sangat memanaskan hati. Bahkan beliau juga meminta para penerima BLT untuk andil dalam menghentikan gelombang aksi. “Oh, jadi ceritanya mau ngadu domba nih Pak?”.

Seakan tidak mau ketinggalan, Jubir Presiden pun ikut berkomentar masalah penyerbuan ke kampus Unas. Menurutnya, polisi berhak untuk masuk ke dalam kampus. “Lho, berarti seharusnya mahasiswa juga berhak masuk Mapolda dan menghancurkan segala fasilitas disana,”. Tapi kenyataannya, mahasiswa baru berniat aksi damai kesana saja sudah langsung dituduh menyerang aparat.

Cukuplah, masalah kenaikan BBM tidak usah diungkit lagi. Berpikirlah jernih, bahwa pemerintah tidak akan tega membunuh rakyatnya. Mahasiswa dan kampus adalah elemen penting pemecahan solusi. Cari solusi bukan menuntut solusi!.

Kadang-kadang seorang pemimpin memang harus mengambil kebijakan yang tidak populer tapi menjadi popular beberapa tahun kemudian. Seperti ketika Hu Jiantao membuka lebar pintu ekonomi China atau ketika JF kennedy yang ngotot proyek antariksa ke bulan atau bahkan saat Ariel Sharon membangun tembok pembatas di Palestina. Selama yang mereka yakini baik bagi rakyatnya, maka laksanakanlah!. Selama itu tidak mendzholimi negara lain!

Disarikan dari laporan berita di berbagai media cetak dan elektronik

Bahtiar Rifai Septiansyah
Mahasiswa Teknik Perkapalan
“Senetral-netralnya opini pasti memihak, revolusi hampir tiba, kawan!”

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Akhirnya BBM Jadi Naik