ITS News

Senin, 29 April 2024
21 April 2008, 10:04

Kartini Kartono

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perempuan adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dari tulang rusuk laki-laki. Oleh karena itu, muncullah filosofi bahwa perempuan itu diciptakan untuk disayang dan dilindungi. Tapi pada kenyataannya, disekitar kita banyak perempuan yang menderita. Menderita karena mendapatkan perlakuan yang tidak semena-mena, dirampas hak-haknya, bahkan dijadikan obyek kehidupan.

Sebut saja, perempuan-perempuan yang hanya dijadikan boneka-boneka di kala kesunyian malam ataupun perempuan-perempuan yang karena ketidakberdayaannya acapkali mendapatkan perlakuan yang tidak semena-mena di kerajaannya sendiri sebagaimana yang telah banyak diceritakan di media massa.

Tak bisa dipungkuri juga bahwa banyak kisah perempuan-perempuan yang beruntung, karena perempuan tersebut dihargai dan dihormati layaknya sebuah ratu.
Tapi perempuan adalah perempuan. Makhluk yang lemah, yang dituntut untuk serba bisa di dalam kehidupan tanpa harus menyalahi kodratnya. Seperti yang disebutkan dalam pepatah Jawa bahwa perempuan iku kudhu isok macak, manak sareng iso kalakon.

Zaman telah berganti, waktu pun terus berlalu. Walaupun perlahan tapi pasti. Perempuan-perempuan itu mulai bangkit. Bangkit dari ketidakberdayaannya untuk mempersiapkan dirinya demi menapaki kehidupan yang lebih baikd masa mendatang. Mereka adalah perempuan yang ingin lari dari gelapnya kehidupan dengan terus memperjuangkan haknya hingga keberadaannya diakui secara layak. Sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh pahlawan kita: RA Kartini.

Akan tetapi, perjuangan RA Kartini belumlah usai. Karena negeri ini masih membutuhkan banyak kartini-kartini yang lain. Untuk terus berjuang membebaskan perempuan-perempuan lain dari perilaku kekekrasan, kebodohan serta terus m,emperjuangkan hak-hak seorang perempuan.

Tapi perlu diingat, jangan sampai Kartini menangis. Menangisi saudaranya yang berjuang tapi lupa akan kodratnya. Kodratnya sebagai perempuan yang lemah lembut dengan segala kewajibannya serta menjadi seorang makmum dikala telah ada seorang pemimpin yang adil serta bijaksana. Karena yang diinginkan oleh RA Kartini tentunya tidak ingin melihat para wanita berhasil namun melupakan kodratnya. Ratu dalam pekerjaan, namun tidak menjadi ratu di keluarganya sendiri. Hidup dalam kemandirian, namun merasa tidak membutuhkan laki-laki. Berdebat soal hukum di pengadilan, namun tidak mampu mendiamkan anaknya yang menangis.

Semoga dengan hari Kartini kali ini, para perempuan dapat tersadar dan bangun dari mimpinya. Sehingga ia dapat terus berjuang mendapatkan haknya tanpa harus mengorbankan kodratnya sebagai perempuan. Karena perempuan adalah penuntun menuju surga dunia dan akhirat.

penulis:
Siti Makatur
Mahasiswa Fisika

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Kartini Kartono