ITS News

Sabtu, 04 Mei 2024
01 Maret 2008, 21:03

SCT, Berbagi Pengalaman Bersama Detikcom

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut Budiono, web yang merupakan salah satu imbas pesatnya kemajuan era digital telah membentuk sebuah kultur global. Sifatnya yang sangat terbuka, membuat web memiliki daya tarik yang sangat kuat. Tak hanya membaca, siapa pun dapat juga memberikan sumbangsihnya, dan semua yang ada di sana adalah setara. "Begitulah diantaranya isi pernyataan yang saya kutip dari Tim Berners Lee, penemu teknologi web," ujar Budiono.

Tak hanya itu, lanjut Budiono, menurut Lee kesempatan yang ditawarkan di balik sebuah teknologi web juga tak terbatas. Karena melihat potensi tersembunyi itulah mengapa pada akhirnya Budiono bersama tiga rekannya pada tahun 1998 membangun situs detikcom. "Tak dipungkiri, revolusi digital telah melahirkan revolusi komunikasi. Maka, detik yang waktu itu merupakan media cetak, mulai menampakkan dirinya dalam bentuk media web," tutur Budiono.

Mengisahkan pengalamannya saat merintis portal tersebut, Budiono menegaskan bahwa pada awalnya ia hanya berprinsip pada ATM, yakni amati, tiru, dan modifikasi. Saat itu, detik juga belum memiliki wartawan khusus. "Saya lah yang berperan sebagai wartawan, sekaligus merangkap sebagai pengelola websitenya," tegas mantan wartawan harian Tempo ini.

Detikcom, imbuh Budiono, baru merekrut wartawan setelah mendapat modal dari hasil pemasangan iklan sebuah cabang perusahaan hardware terkemuka dunia di web detikcom. "Ketika mereka bertanya berapa harga pasang iklan di detikcom, saya langsung menjawab enam juta per bulan. Tak diduga mereka ternyata langsung menyetujui dan meminta pasang iklan selama satu tahun. Setelah itu saya menyesal, kenapa nggak saya tawarkan 20 juta saja ya," ujar Budiono diikuti tawa peserta seminar.

Kini, di bawah kepemimpinan Budiono detikcom terus berkembang. Sebagai gambaran, di awal pengembangannya jumlah rata-rata pengunjung detikcom adalah tiga ribu perharinya. Tapi, berdasar data terbaru, Jumat (29/2), jumlah pengunjung telah meledak menjadi 15,6 juta perhari. "Untuk mendukungnya, kami telah melengkapi detikcom dengan dua belas server dan enam puluh tenaga IT (Information Technology, Red)," jelas Budiono.

Selain berbagi tentang pengalamannya dalam mengembangkan usaha berbasis internet, di hadapan peserta STC Budiono juga menyempatkan diri menyoroti betapa besar pengaruh revolusi digital dalam kehidupan sosial masyarakat. Native digital, begitulah Budiono menyebutnya. "Digital telah menjadi bagian hidup kita. Lihat saja, mau mencari referensi tinggal buka google, nonton TV tinggal buka YouTube, pola komunikasi juga berubah karena sifat interaktifnya yang tinggi," tegas Budiono.

SCT yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatektro) ITS ini selain menghadirkan Budiono Darsono, juga mengundang Aryanto, trainer Internet Marketing Resource (IMR) dan Dra Christiana Sahertian, pakar komunikasi sebagai pembicaranya.

Ocky Hardiansyah, ketua panitia SCT, menegaskan bahwa seminar ini merupakan program tahunan departemen teknologi Himatektro. Sengaja memilih topik bisnis cyber karena Himatektro ingin memberikan suatu pemahaman bidang teknologi yang bisa dipahami oleh umum.

"Kalau yang untuk bidang elektro kan kita sudah ada acara besar yakni Lomba Cipta Elektronik Nasional (LCEN). Nah, untuk yang ini kita fokuskan untuk bidang yang umum saja," pungkas Okcy.(f@y/asa)

Berita Terkait