Acara yang digagas oleh Cultural Center ITS ini bertujuan untuk mengenalkan sebuah media baru dalam berkesenian kepada mahasiswa ITS. Dinamakan New Media Art karena media baru berkesenian ini memang belum banyak dikenal oleh masyrakat luas. Selain itu, media baru yang ditawarkan adalah madia yang menggabungkan antara teknologi dan seni. “Maka dari itu ITS adalah tempat yang pas untuk mensosialisasikan media baru berkesenian ini,” ujar Sofi salah satu staf Cultural Center ITS.
Pembicara yang dihadirkan pun tergolong spesial, Benny Wicaksono, seorang pelopor video art di Surabaya. Benny yang menekuni video art sejak tahun 1999 mengatakan bahwa perkembangan seni dengan media baru yang menggabungkan seni dan teknologi di Indonesia masih lambat. “Apalagi di Surabaya tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai, tidak seperti di Bandung atau Yogyakarta,” ujar pria enerjik ini.
Bagi Benny, sesungguhnya mahasiswa ITS memiliki kesempatan yang luas dalam mengeksplorasi seni dengan media baru ini. Apalagi ITS adalah kampus yang berbasiskan teknologi. Sayangnya tidak banyak mahasiswa yang mengetahui adanya seni baru ini. “Padahal adanya LCEN bisa menjadi ajang yang bagus dalam mengintegrasikan seni dan teknologi,” ungkap Benny yang saat ini memilih menjadi praktisi dalam bidang video art.
Seni media baru sendiri adalah seni yang memadukan diri dengan unsur teknologi. Penemuan media-media baru dalam berkesenian ini sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi yang sangat cepat. Adanya internet dan teknologi digital lainnya memungkinkan seni tidak hanya berdiri pada satu sisi baik itu visual, audio, atau instalasi. Teknologi memungkinkan ketiga unsur berkesenian itu bersatu.
Seperti pada suguhan art performance yang ditampilkan oleh beberapa seniman muda saat penutupan acara workshop hari ini, dimana seniaman-seniman muda ini menggabungkan seni yang berbasis audio dan visual. Terdiri dari empat orang yang memainkan alatnya sendiri, mereka adalah Gubby, seorang visual jockey; Aldo, seorang disc jockey; Sonny, pemilik applestereo; dan Bejow, sang electric voucher engineer. Kolaborasi keempat seniman ini mampu menghipnotis para peserta dalam irama house yang diputar dan divisualisikan dengan apik sebagai video dan instalasi.
Para peserta pun dengan antusias banyak bertanya tentang alat yang digunakan oleh para performer ini. Uniknya dalam menampilkan karya instalasi visualnya, Bejow hanya berbekal proyektor dengan kotak kaca yang berisi air di atasnya. Dalam kotak air tersebut dia isi berbagai benda, mulai dari ikan, mainan plastik, hingga tetesan minyak. “Kami hanya ingin memperkenalkan cara berkesenian baru ini kepada mahasiswa ITS,” ujar lulusan Teknik Sipil ITS ini bersemangat. (ap/ftr)
Kampus ITS, ITS News — Memasuki tahun kedua penerimaan mahasiswa baru Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK), Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Opini – Seiring berkembangnya teknologi, sajian komunikasi seni saat ini tidak lagi hanya muncul dalam ruang waktu
Kampus ITS, ITS News — Usaha pengurangan energi dalam pembuatan dan pengoperasian bangunan tidak luput dari mata para arsitek.
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar Halal Bihalal bersama Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)