ITS News

Kamis, 16 Mei 2024
07 November 2006, 17:11

SUM IKA ITS, juga Kenalkan Bio Diesel 100 persen

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut rencana, seperti disampaikan oleh Ketua Umum IKA ITS, Ir Kristiono, Senin (6/11) siang kepada para wartawan, untuk membuktikan pemanfaatan bahan bakar bio disel itu, pihaknya telah menyiapkan dua kendaraan untuk uji coba penggunaan bahan bakar bio diesel yang akan diberangkatkan dari Jakarta menuju Surabaya. ”Kami merencanakan pemberangkatannya akan dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kemudian nanti sesampainya di Surabaya, juga akan diterima oleh beliau yang sekaligus diagendakan untuk membuka acara Sidang Umum Majelis IKA–ITS,” papar mantan Direktur Telkom ini.

Dijelaskannya, hasil penelitian yang dilakukan oleh IKA ITS ini menggunakan bahan baku dari biji Jarak, Jagung, dan Kelapa Sawit. ”Kalau selama ini bahan bakar bio diesel yang beredar baru pada komposisi 5 sampai 20 persen campuran bionya, maka yang hasil penelitian dan kajian IKA ITS bisa mengganti solar 100 persen. Bahan bakar ini juga telah dilakukan uji coba di Jerman, Belanda, dan Indonesia selama tiga bulan terakhir,” katanya.

Dikatakan Alumnus Teknik Elektro ini, bahan bakar ini diberi nama NABF 100, dibuat dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Indonesia mempunyai potensi cukup besar untuk bahan baku bahan bakar tersebut. Kedua, belum ada yang membuat bahan bakar alternatif yang 100 persen menggantikan bahan bakar fosil. ”Kami juga memilih solar karena itu disubsidi pemerintah. Sementara bahan bakar lain tidak mendapat subsidi,” katanya.

Diungkapkannya, hasil pengujian menunjukkan NABF 100 bisa menjadi bahan bakar berbagai jenis mesin solar tanpa harus dimodifikasi. Pengujian di Jerman dan Belanda diawali dengan pengiriman dokumen ke beberapa laboratorium dan industri otomotif dan mesin berbahan bakar solar. Selanjutnya, kami mengirimkan contoh 12 liter NABF 100. ”Untuk pengujian di Indonesia, akan dilengkapi dengan tes penggunaan jarak jauh. IKA ITS akan membandingkan penggunaan NABF 100 dengan solar pada dua mobil yang akan berjalan dari Jakarta-Surabaya PP. “Menurut rencana, tes ini akan dilaksanakan pada Rabu, 8 November mendatang dari Jakarta,” katanya.

Ditambahkannya, untuk sementara ini disimpulkan bahwa NABF 100 bisa digunakan di Indonesia tanpa modifikasi apapun. Pengubahan formulasi dibutuhkan bila itu akan diekspor. Pasalnya, beberapa negara mengalami empat musim. “Tanpa pengubahan formulasi, NABF 100 rentan beku. Di Indonesia, hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena tidak ada musim dingin,” tutur Kristiono.

Pembuatan NABF 100 diklaim cukup murah. Setiap liter hanya membutuhkan biaya produksi Rp 3.000. “Sementara ini kami menghitung biaya itu akan sama untuk produksi kecil ataupun besar. Untuk produksi kecil, dibutuhkan investasi Rp 7 miliar dan pabrik sudah bisa menghasilkan NABF 100,” paparnya.

Meski diteliti oleh biro peneliti IKA ITS, paten NABF 100 dimiliki oleh salah satu perusahaan yang dibentuk beberapa anggota IKA ITS. “Perusahaan itu dibentuk setelah penelitian berjalan,” ungkap Kristiono.

Sementara itu, Ketua Panitia Sidang Umum IKA ITS, Ir Susono Hadinugroho menuturkan bahwa peluncuran NABF 100 merupakan kontribusi nyata IKA ITS kepada publik. “Isu energi alternatif perlu mendapat respon lebih luas dari para ahli dan publik. Indonesia punya kesempatan mempertahankan posisi sebagai eksportir bahan bakar dengan produksi bio diesel,” tuturnya. (Humas/ftr)

Berita Terkait