ITS News

Kamis, 16 Mei 2024
04 Oktober 2006, 08:10

Calon Rektor Sudah Boleh Kampanye

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam kampanye, kata mantan rektor ITS selama dua periode sejak tahun 1973-1982 ini, salah satu aturan main soal kampanye, adalah kampanye tidak boleh membawa massa, kecuali oleh panitia dalam bentuk temu kenal dengan bakal calon yang dijadwalkan Rabu, 4 Oktober dan Senin 9 Oktober ini. "Tidak boleh menggunakan banyak massa. Kecuali, dalam temu kenal dengan bakal calon rektor yang diselenggarakan 4 Oktober dan 9 Oktober," katanya.
Larangan membawa massa kecuali dalam acara temu kenal sudah menjadi keputusan panitia. Jika ada yang melanggar, panitia berhak mengambil tindakan. Selain itu, panitia juga melarang keras memakai cara-trik-trik kotor, seperti money politics ataumenjanjikan dan membagikan sesuatu barang atau uang kepada pemilih.

Dengan aturan itu, para calon rektor tetap bisa berkampanye dengan banyak cara. Mereka boleh menempelkan foto, pamflet, bahkan memasang spanduk di kampus. Ketujuh calon juga tidak dilarang memasang iklan di media massa. ”Pokoknya sepanjang yang tidak ditetapkan dalam tata cara pemilihan, silahkan dilakukan. Terpenting tidak melanggar aturan-aturan itu," katanya menegaskan.

Soal misi para calon rektor, ketujuh-tujuhnya punya misi yang hampir sama jika terpilih nanti sebagai pimpinan ITS periode 2007 – 2011. Mereka berjanji akan memantapkan ITS menjadi BHMN (badan hukum milik negara) dan kampus yang memiliki pengakuan international (internationally recognized).

Misi itu disampaikan saat ketujuh balon bertemu dengan panitia Pilcarek. Salah satunya Ir Djauhar Manfaat MSc PhD. Menurut dia, saat ini, ITS sudah diakui sebagai kampus yang mumpuni di tanah air. Namun, di dunia internasional, nama ITS masih kalah dengan beberapa kampus favorit di tanah air. "Makanya, saya ingin menjadikan ITS well internationally recognized. ITS bisa lebih diakui dalam penelitian di mancanegara," katanya.

Calon lainnya, Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, globalisasi pendidikan harus dijawab dengan internationally recognized. Selama itu belum dipenuhi, ITS akan kalah bersaing dengan kampus lain. Apalagi, saat ini, kampus dari luar negeri banyak yang bersaing berebut pangsa pasar mahasiswa di Indonesia. "Internationally recognized itu harus segera ditingkatkan untuk menjawab tantangan zaman," paparnya. Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Prof Priyo Suprobo MSc PhD juga menyampaikan pentingnya pengakuan internasional dan BHMN. "Pak Nuh sudah meletakkan dasar-dasar yang perlu dilanjutkan. Terutama BHMN. ITS juga harus bisa bersaing ditingkat internasional," tandasnya. (kem)

Berita Terkait