ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 September 2005, 13:09

Mahasiswa ITS Raih Juara II Polygon Bike Design 2005

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ali Safrani Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil meraih juara II kompetisi desain sepeda yang diadakan oleh perusahaan sepeda Polygon. Atas prestasinya itu, Ali demikian ia biasa dipanggil berhak atas hadiah senilai Rp 10 juta, satu unit sepeda serta jalan-jalan ke Singapura.

“Kami bangga mahasiswa ITS bisa memenangkan kompetisi ini, mengingat sebagian besar peserta adalah mereka yang memang bukan hanya tidak lagi berstatus mahasiswa tapi juga memang pekerjaannya sebagai seorang desainer,” kata Dr Ing Ir I Made Londen Batan, MEng, dosen pembimbing Ali, Rabu (14/9) siang.

Diungkapkannya, dari lima nominator yang diminta untuk mempresentasikan hasil desainnya, memang hanya Ali yang bersatus mahasiswa, karena itu kemenangan ini merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. “Prestasi ini juga harus bisa dijadikan contoh dan pelajaran bahwa untuk mencatatkan diri sebagai mahasiswa berprestasi di bidang tertentu tidak harus membuat hal yang muluk-muluk. Melalui rancangan sepeda saja sebetulnya kita juga bisa berprestasi,” katanya.

Londen yang memang kerapkali membimbing mahasiswanya untuk mendalami tentang sepeda juga mengatakan, sesungguhnya di dalam sepeda tidak bisa dipandang sepele dan biasa-biasa saja, karena jika ingin dikembangkan melalui pemilihan bahan, mekanika dan lainnya sudah menjadi ilmu yang juga sulit. “Kini kami di ITS bersama-sama mahasiswa memang sedang mengembangkan beberapa prototipe sepeda mulai sepeda untuk penyandang cacat, sepeda kursi roda untuk bisa menaiki tangga dan beberapa pengembangan sepeda untuk fungsi lainnya,” kata dosen Teknik Mesin ini.

Bagaimana perasaan Ali? “Saya cukup bersyukur dapat memenangkan kompetisi ini, karena itu saya berharap saat ujian tugas akhir juga bisa lulus, karena tugas akhir saya sudah dinyatakan menang dan diakui oleh masyarakat umum,” katanya.

Ditanya rencana selanjutnya dengan desain sepedanya itu, Ali mengatakan, akan mencoba untuk mempatenkannya, sekaligus mewujudkannya dalam skala satu banding satu untuk menjadi sebuah kenyataan dan bisa dilihat serta digunakan. “Prototipe yang saya buat ini memang baru untuk kepentingan presentasi di Jakarta. Itu pun dibuat dalam waktu hanya sepuluh hari, karena itu saya akan mencoba untuk membuat dalam skala satu banding satu dan saya simpan di jurusan,” katanya.

Faktor apa saja yang dinilai saat presentasi di hadapan dewan juri? Ali menjelaskan, semua aspek dinilai mulai dari orisinalitas ide, fungsionalisasi hasil desain, keindahan, kekuatan, kemungkinan pabrikasi, serta aspek pasar. ”Semua itu saya sampaikan di hadapan dewan juri sambil menunjukkan prototipe yang sudah saya siapkan dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 1,25 juta,” katanya.

Saat dimintai menceritakan ide awalnya, Ali kemudian mengingat-ingat kembali awal mula mendesain sepeda yang diberi nama Flexi Bike itu. Awalnya, kata anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sanusi dan Machwiah ini, ia ingin membuat sepeda yang tidak hanya bisa digunakan oleh kelompok usia tertentu. ”Ide dasar membuat rancangan sepeda feksibel itu karena saya melihat selama ini sepeda sebagai salah satu alat transportasi memiliki kekurangan pada ukuran dan dimensinya, sehingga aman dan kenyamanannya pun hanya sesuai untuk ukuran ergonomi tubuh manusia dengan usia tertentu. Misalnya, sepeda untuk anak-anak, hanya aman dan nyaman jika dikendarai oleh anak-anak, demikian juga dengan sepeda orang dewasa, tidak aman dan nyaman jika dikendarai anak-anak, begitu sebaliknya,” katanya.

Dari keterbatasan penggunaan dan pemanfaatan sepeda itulah, kata Ali yang punya hobi otomotif ini menambahkan, ia mempunyai ide untuk membuat sepeda yang fleksibel, dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk siapa saja tanpa mengenal batas usia, anak-anak atau orang dewasa. “Selain itu ide saya ini juga dikembangkan untuk penyimpanan yang tidak harus memakan tempat, sehingga memungkinkan sepeda rancangan ini dibawa untuk wisata dengan meletakkannya cukup di bagasi mobil,” katanya.

Sepeda rancangan mahasiswa kelahiran Sidoarjo, 16 Oktober 1980 ini, selain bisa ditarik ulur untuk penggunaan sesuai dengan penggunannya, juga bisa dilipat agar ketika diletakkan tidak memakan tempat. “Rancangan ini memang dibuat agar sepeda juga bisa dibawa dengan mudah oleh pemiliknya jika berwisata keluar kota. Oleh karena itu, bahan yang diusulkannya pun nantinya menggunakan logam campuran yang memang tidak berat,” katanya. (Humas/tov)

Berita Terkait