Studi banding yang dilakukan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Universitas Merdeka Malang (UKMI Unmer) ke JMMI ITS ternyata mampu mengakrabkan kedua lembaga dakwah kampus ini dalam sekejap. Sekitar 30 mahasiswa Unmer diterima dengan hangat oleh pengurus harian JMMI. Keterlambatan kedatangan mereka tidak menyurutkan semangat. “Kami khawatir terjadi apa-apa, kok dari jam satu tadi teman Unmer belum tiba,” ujar salah seorang pengurus JMMI dengan wajah ceria ketika melihat tamu mereka tiba dengan selamat.

Ada empat departemen di UKMI Unmer, yaitu Kajian Islam dan Wacana, Dakwah Islam, Data dan Komunikasi, serta Aliansi dan Jaringan. “Tapi ada Lembaga Keputrian yang punya hak otonom,” ujar Mufiatul Maulida, koordinator kunjungan. Sedangkan di JMMI sendiri dibagi lima divisi, diantaranya Puskomda, Tablighul Islam, dan Badan Pelaksana Mentoring (BPM).

Tentang pelaksanaan program mentoring, kedua kampus ini berbeda. Di JMMI, mentoring yang ditangani oleh BPM dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan dilakukan untuk memenuhi mata kuliah Agama Islam. Sedangkan di Unmer, mentoring wajib diikuti enam kali pertemuan. Jika tidak memenuhi standar itu, maka tidak boleh mengambil SKS untuk semester tiga. Bedanya lagi, dalam mentoring itu, hanya dipisah dalam dua kelompok besar. Jadi diterapkan sistem klasikal massal.

Kendala yang dihadapi pun berbeda pula. “Di sini agak kesulitan masalah dana,” ungkap Ageng, Sekdep PSDM JMMI. Namun, Unmer malah mudah mendapatkan dana. Ini karena lembaganya merupakan UKM sehinggga mendapat alokasi dana. “Enak banget dananya, bahkan berlebih,” kata Mufiatul yang sering dipanggil Pinpin ini. Maksudnya, dana yang diberikan untuk suatu kegiatan melebihi kuantitas peserta. Memang kebalikan dengan JMMI yang biasanya malah banyak pesertanya tapi dananya tidak mencukupi.

Banyak kesan yang dirasakan dari studi banding kali ini. “Orangnya ramah, pemandangannya juga indah,” komentar Cindy, seorang dari Unmer. Apalagi ada hidangannya, celetuk Ummi, teman lainnya. (th@/rin)