ITS News

Sabtu, 27 April 2024
12 Juni 2005, 17:06

Bersih dan Rapi, Daya Pikat Bagi Investor

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup 2005 pada 5 Juni, Pusat kependudukan dan Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (KLH-LPPM ITS) mengadakan Pelatihan Lingkungan Hidup bagi guru. Bertempat di Rektorat ITS, Sekitar seratus guru dari tingkat SD, SMP hingga SMA se-Surabaya ikut berpartisipasi mengikuti pelatihan yang diadakan Sabtu (11/6). Turut hadir sebagai pemateri, Prof Johan Silas, pakar Tata Kota ITS.

Johan Silas, yang baru saja kembali dari Aceh pasca gempa tsunami beberapa bulan lalu menceritakan keadaan di sana. Ada dua kondisi yang bertolak belakang yang ia alami. Sebagai dosen, apalagi bergelar profesor, tentunya ilmu tentang bangunan banyak diketahuinya. Namun, kondisi teoritis amat berbeda dengan lapangan. “Di sana saya bingung ilmu mana yang dipakai,” tegasnya memberikan penjelasan. Kita sering berteori bahwa pembangunan bertumpu kepada masyarakat. Ironisnya, di sana, masyarakatnya saja tidak ada. Di Aceh, masyarakat pada kabupaten A mengungsi di B. “Mungkin untuk pemilu bisa saja ditunda karena memang kondisinya masih sulit,” ungkap Guru Besar Arsitektur ITS ini. Untuk itu, perguruan tinggi dituntut mengetahui semua perkembangan yang terjadi.

Selain berbicara tentang Aceh, Kepala Laboratorium Pemukiman Arsitektur ITS ini juga bercerita kondisi di negara maju, Cina. Menurutnya, kesan pertama terhadap negara maju pasti sama, lingkungan hidup yang bagus. “Di Cina karena lingkungannya bagus, maka investor senang hati mendatanginya,” kata pengajar yang pernah tinggal selama 6 bulan di Jepang ini. Untuk Indonesia, salah satu daerah yang menjadi daya pikat investor adalah Bali. Bali yang sering dikenal dengan Pulau Dewata merupakan wilayah yang paling banyak mendapatkan penghargaan kebersihan dan keindahan.

Selain itu, kaitan dengan dunia pendidikan, ada tiga hal yang menjamin mutu pendidikan meningkat. Ketiga hal itu yaitu mutu guru, perpustakaan dan laboratorium. Gedung adalah faktor keempat. “Nggak perlu mewah gedungnya,” kata alumnus S1 Arsitektur ITB ini menambahkan. Seharusnya, uang negara dan rakyat digunakan untuk membiayai ketiga bidang ini. Jika dapat dipenuhi dengan baik maka Indonesia akan dapat unggul dalam pendidikan.(th@/tov)

Berita Terkait