ITS News

Jumat, 26 April 2024
10 Mei 2005, 17:05

Stasiun Pemantau Sungai Brantas Butuhkan Komitmen Pemerintah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seperti diketahui, Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang yang melewati hampir sebagian besar wilayah Jawa Timur. Bersumber di Gunung Arjuno, Malang dan bermuara di Surabaya, sungai ini seolah menjadi bagian kehidupan masyarakat Jawa Timur. Namun sayang, kegunaannya sekarang lebih banyak digunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Baik limbah rumah tangga, pertanian dan industri sebagai penyumbang limbah terbesar.

Menyadari semakin buruknya kondisi Sungai Brantas, Perum Jasa Tirta bekerjasama dengan LIPI membangun 23 stasiun pemantau kualitas air di berbagai titik. Diantaranya di Bendungan Sutami, Waduk Selorejo, Mrican, Karangpilang dan Ngagel. Suhu, PH. Konduktivitas, DO, orthophosphate serta amonia adalah indikator yang dipantau setiap saat. Masyarakat pun dapat memantaunya secara online di jasatirta1.go.id.

“Setelah data-data tersebut diperoleh, akan dikirimkan melalui sistem telemetric ke stasiun pusat di Malang. Data tersebut akan terus dimonitoring dan dianalisa secara online dengan sistem informasi yang kami beri nama Hidrological Information System (HIS,-red) ini. Sehingga jika ada perubahan, misalnya kadar DO yang menurun drastis, dapat diketahui langsung dan kami kirimkan tim kesana,” ujar Goib Wiranto dari LIPI sembari menunjukkan diagram HIS tersebut kepada peserta Workshop Rehabilitasi Sungai, Selasa (10/5) di Ruang Sidang Teknik Lingkungan ITS.

Data-data tersebut, lanjut Goib, juga akan dilaporkan kepada pemerintah terutama Bappedal. Data tersebut dapat dijadikan bukti bagi pemerintah dan pihak berwajib untuk menindak industri yang membuang limbah tanpa mengindahkan prosedur yang berlaku. “Memang di lapangan ada tindakan dari pemerintah, tapi setelah saluran limbah ditutup malah bikin kanal baru lagi. Ada juga pabrik yang membuang limbah dengan pipa siluman, malam ada tapi siang dicek nggak ada. Pernah juga saat kami inspeksi ke pabrik langsung, ditahan di depan selama dua puluh-tiga puluh menit. Sementara kita ngisi buku tamu dan diajak ngobrol, mereka membereskan yang ada dibelakang. Ini fakta di lapangan, komitmen pemerintah sangat dibutuhkan,” papar pria berkacamata ini serius.

Selain sistem monitoring kualitas air secara online tersebut, workshop yang diadakan selama dua hari ini, juga membahas rehabilitasi sungai dan stream ecology, catchment system, integrated basin management, serta kajian Sungai Brantas dan Sungai Segget, Johor Malaysia. Beberapa professor dari Universiti Teknologi Malaysia turut diundang sebagai pembicara dalam workshop ini.

“Harapan kami adalah agar para peserta dapat mengembangkan kajian-kajian dalam pengendalian pencemaran sungai serta perbaikian kualitas sungai yang ada. Kita juga mengundang beberapa pejabat dari Bappedal sebagai masukan karena mereka adalah para pengambil keputusan terhdap kondisi lingkungan kita nantinya,” ujar Ir Agus Slamet, MSc ketua jurusan Teknik Lingkungan ITS ini.(ftr/rin)

Berita Terkait