ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Senang Berorganisasi, Terpilih Kunjungi Korsel

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Khoirul boleh berbangga, karena dari ITS dan bahkan dari Jawa Timur hanya dirinyalah yang terpilih mengikuti program tersebut. "Ada 40 orang dari lima negara yang mengikuti program pemerintah Korea Selatan itu. Dari Indonesia sebanyak 5 orang diwakili dari utusan mahasiswa ITS, UI, ITB, UGM dan IPB. Kami terpilih setelah sebelumnya mengajukan permohonan ke Kedutaan Besar Korsel di Jakarta," katanya.

Empat negara lainnya, kata mahasiswa kelahiran 24 November 1981 ini, masing-masing India, Thailand, Malaysia masing-masing lima orang, dan Vietnam sebanyak 20 orang. "Agenda yang dilaksanakan di sana hanya jalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu industri ke industri lain, termasuk kunjungan ke dua perguruan tinggi terkenal di Korsel, karena memang agenda utamanya keinginan pemerintah Korsel mengenalkan negaranya, agar lebih dikenal dan dekat oleh para calon pemimpin bangsa dari beberapa negara yang diundang," katanya.

Dikatakan Khoirul, ia sendiri tidak menyangka jika pengajuan surat dari tawaran yang diberikan Kedubes Korsel dalam Program for The Future Leadres of Asia 2004, kemudian mengantarkan dirinya mengunjungi negeri ginseng itu. "Waktu itu seingat saya bukan hanya saya saja yang mengajukan surat ke Kedubes. Kalau kemudian saya terpilih, mungkin karena saya melampirkan berbagai aktivitas yang pernah saya ikuti selama kuliah di ITS. Mungkin itu punya nilai lebih," kata mantan Presiden Lembaga Minat dan Bakat ITS Periode 2003-2004 ini.

Ditanya kesan yang paling membekas selama kunjungan 10 hari ke Korsel? Mahasiswa yang menyandang sabuk biru di bela diri Tekwondo, ini mengatakan, masyarakat Korsel begitu bangga dan menjunjung tinggi dengan hasil budaya mereka sendiri. "Rata-rata dari masyarakat Korsel yang saya temui, menaruh perhatian lebih terhadap hasil budaya bangsanya. Ini terlihat misalnya ketika seorang warga Korsel yang saya temui, begitu bangga dan mengagung-agungkan sebuah kuil yang jika dibandingkan dengan keberadaan Candi Prambanan atau Candi Borobudur di Indonesia, tidak sebanding sama sekali, baik dari segi besar maupun tingginya. Tapi mereka begitu bangga memperkenalkannya," kata Khoirul.

Hal lain yang juga berkembang di masyarakat Korsel adalah keinginan mereka untuk terus maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika juga Jepang. "Di bidang ini mereka telah menyiapkan lembaga pendidikan yang benar-benar lulusannya dapat bersaing. Dari dua perguruan tinggi yang saya kunjung, masing-masing Seoul National University dan Yeunguan University, terlihat mereka begitu serius menyiapkan sumber daya manusia ke depan," katanya.

Di dua universitas itu, kata Khoirul menambahkan, biaya kuliah yang dibebankan kepada para mahasiswa cukup tinggi. "Tapi mereka menyadari bahwa untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas memang dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mungkin jika dibandingkan uang kuliah di ITS mencapai hingga 20 kali lebih tinggi," kata Khoirul yang memiliki IP 3,00 ini.

Selain ke perguruan tinggi, Khoirul juga sempat mengunjungi pusat-pusat industri otomotif dan elektronika. "Saya melihat mereka begitu konsisten untuk mengembangkan industrinya. Tidak hanya di bidang sarana dan pra sarananya yang terlihat terus ditingkatkan, tapi juga di bidang menyiapkan SDM. Inilah yang saya lihat mereka begitu konsisten," katanya. (bch)

Berita Terkait