ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Satu Titik Ratusan Juta Nilainya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Industri minyak, utamanya minyak lepas pantai sangat beresiko. Tingkat kesulitan dalam menemukan dan menentukan posisi titik pengeboran sangat tinggi. Investasi ratusan juta rupiah harus keluar untuk dapat melakukan pengeboran minyak pada satu titik sumur minyak yang tepat. Ditambah dengan kondisi laut yang berbeda dengan daratan. Karena itu, peran ahli survey sangat signifikan dalam industri ini. Demikian ungkap Sobri A. Syahwie, GM Thales pada kuliah tamu Teknik Geodesi kemarin (15/09).

Menurut Sobri, untuk menemukan satu titik yang benar-benar mengandung minyak diperlukan survey dengan ketelitian tinggi. Seringkali, dari sepuluh titik yang diperkirakan mengandung minyak, hanya satu titik yang benar-benar menyemburkan minyak. "Jadi bukan sekedar nyemprot," kelakar alumni Teknik Geodesi ITB ini.

Kondisi laut yang berbeda jauh dengan daratan merupakan salah satu faktor sulitnya penentuan posisi sumur minyak yang benar-benar tepat. "Beda dengan darat, di laut tidak mengenal kanan dan kiri," terang pria paruh baya ini. Karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk surveypun tidak main-main. Setiap kali survey, dapat dipastikan USD 5 juta harus dikeluarkan oleh perusahaan minyak.

Sobri mengakui, jika tidak dibimbing dengan surveyor yang handal, para teknisi perusahaan minyak tidak mampu bekerja dengan baik. Mereka tidak akan bisa mengebor jika tidak ada surveyor yang membimbing membawa alat dengan tepat di titik pengeboran. "Ahli-ahli minyakpun akan nyerah kalau disuruh membawa alat bor ke posisi yang tepat," ungkap Sobri.

Untuk menuju posisi yang tepat, para surveyor biasanya berpegangan pada koordinat. "Koordinatnya meleset sedikit, hilanglah sumur minyaknya," ujar Sobri. Karenanya untuk kegiatan survey, diperlukan tenaga-tenaga surveyor handal. "Dan itu adalah dari Geodesi," terang Sobri yang langsung disambut gemuruh tepuk tangan peserta kuliah tamu.

Di akhir penjelasannya, Sobri dengan bangga mengungkapkan industri minyak di Indonesia, hampir seratus persen dijalankan oleh warga negara Indonesia. "Dulu memang banyak orang asingnya, namun kini hampir semuanya dipegang orang Indonesia," ujarnya. Bahkan, untuk desain platform pengeboran minyak banyak yang merupakan hasil kerja teknisi-teknisi dari ITS. "Jadi sebenarnya, kita itu tidak kalah dengan orang asing," tegasnya di akhir acara.(rin/ryo)

Berita Terkait