ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Rektor ITS kini Sandang Gelar Profesor.

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pengukuhan kali ini agak berbeda. Biasanya yang mengukuhkan guru besar ITS adalah rektor ITS. Namun, pada kesempatan ini pembantu rektor I (PR I) ITS menggantikan rektor untuk mengukuhkan. Hal itu diungkapkan oleh Prof. Ir . Noor Endah, Msc, Ph.D , selaku PR I ITS saat memberi sambutan, seusai ceremoni pengalungan tanda guru besar.
"Itu karena yang dikukuhkan sekarang adalah rektor ITS sendiri," katanya disambut ger para undangan rapat senat terbuka di graha ITS, sabtu, (14/8).

Memang, melalui Rapat senat terbuka yang digelar di graha ITS hari ini telah dikukuhkan rektor ITS (periode 2003-sekarang) Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA menjadi guru besar di bidang ilmu digital control system pada Fakultas Teknologi Industri ITS.

Dalam pengukuhannya Nuh menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul ‘Pengembangan Sistem Rekayasa Biomedika (SRB) dalam perspektif keilmuan dan peluang inovasi bisnis’. SRB merupakan perpaduan antara life sciences dengan rekayasa (engginering). Perpaduan itu secara keseluruhan bertujuan meningkatkan kualitas layanan kesehatan, dengan begitu pengembangan SRB ini akan menjadi suatu peluang bisnis.

Sebagai contoh Nuh mengatakan, "Anggaran medis di indonesia sekitar 1 trilyun untuk produk SRB, apabila kita dapat spent anggaran itu untuk pengembangan SRB maka akan sangat lebih bermanfaat," kata bapak satu putri itu. Ia juga menambahkan, dengan pengembangan SRB itu, ketergantungan akan SRB dari pihak luar akan terkurangi. Bahkan dimungkinkan akan mampu memenuhinya secara mandiri secara bertahap.

Namun menurutnya, dengan latar belakang yang berbeda (life science dan engineering), perpaduan disiplin ilmu dalam SRB juga akan menimbulkan tantangan tersendiri. "Pengembangan SRB memerlukan komunikasi yang intensif antara rekayasawan dengan life scientist dan kesediaannya untuk saling memahami prinsip-prinsip dasar keduanya, disamping itu peran pemerintah juga dibutuhkan sebagai fasilitator dan regulator," jelas orang nomer satu di ITS ini.

Dalam pidatonya ia juga mengulas tentang peralatan Hyperthermia ATS 2000 sebagai pembelajaran realisasi pengembangan SRB. Masih menurut lulusan S3 Universite Science et Technbique du Languedoc (USTL), montpellier, perancis ini mengatakan perguruan tinggi pengelola bidang rekayasa seperti ITS harus memulai inisiatif berkolaborasi dengan perguruan tinggi sciences (UNAIR misalnya) dan rumah sakit (Dr. Soetomo misalnya) dan berani dalam mengembangkan SRB tersebut.

Dengan dikukuhkannya Prof Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA, maka deretan nama guru besar di ITS pun semakin panjang. Kini, ITS telah memiliki 38 guru besar.

Pada pengukuhannya itu selain dihadiri anggota senat, tampak juga hadir rektor dari berbagai universitas di indonesia seperti rektor IAIN, UNIBRAW, UNEMA, UNAIR. Walikota Surabaya Bambang D.H juga tampak hadir pada ceremoni yang bisa dibilang mewah tersebut.
(asa/ryo)

Berita Terkait