ITS News

Jumat, 03 Mei 2024
15 Maret 2005, 12:03

PERNAH DAPAT PERGHARGAAN SATPAM TELADAN

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bagi mereka yang sering melewati portal di depan jurusan Arsitekter, menemukan penjaga parkir yang suka melambaikan tangan sambil berkata "Selamat Pagi" atau "Sugeng Enjang" bukan sesuatu yang asing. Tak heran bila nama Suroso yang akan disebut. Mulai dari mahasiswa, dosen, karyawan, pejabat rektorat hingga orang luar ITS bakal mendapat 'sajian sederhana' itu, tiap kali melalui pos parkir di depan Arsitektur. Dikatakan sajian sederhana karena pelayanan semacam itu tidak membutuhkan materi, hanya ketulusan hati. Dan hal ini jarang ditemukan di tempat lain.

Begitulah sehari-harinya Suroso mengisi waktu kerjanya sebagai penjaga parkir kawasan rektorat dan sekitarnya. Kegemaran menyapa, merupakan ciri khas yang melekat pada dirinya. Meskipun profesinya hanya sebatas menjaga keamanan kendaraan, Suroso tetap memberikan pelayanan lebih dari seorang penjaga parkir. "Bila kita bisa menghormati atau menghargai orang terlebih dahulu maka orang lain juga akan menghargai kita," tutur pria setengah baya ini. Memang sudah menjadi sifatnya, ramah, sopan dan baik. Tak jarang pula, dia suka bergurau dengan orang-orang yang lewat. Tentunya, gurauan yang sopan dan tidak melewati batas.

Ketika memandangnya, sekilas tampak guratan-guratan garis tua hampir memenuhi wajahnya. Memasuki usianya yang ke-55 tahun ini, tidak membuat semangat kerjanya menurun. Meski sudah 10 tahun mengabdikan dirinya pada kampus tercinta ini. "Prinsip yang saya pegang dalam pekerjaan selama ini yaitu disiplin dan tanggung jawab," tegas pria yang kebetulan hari lahirnya bersamaan dengan Kemerdekaan Republik Indonesia. Wajar ketika dia berkata seperti itu. Tidak lain karena profesi yang pernah digelutinya hingga kini, selalu memerlukan kedua prinsip tersebut.

Sebenarnya tidak selama itu (10 tahun), Suroso menjadi penjaga parkir. Awal bekerja di ITS, ia berprofesi sebagai sopir. Kendaraan yang dibawa juga berganti-ganti. Mulai mobil dinas pejabat ITS, bus ITS hingga truk tanki. Pekerjaan yang cukup beresiko itupun diakhirinya sejak tiga tahun lalu. Beralih profesi, bagi pemilik SIM B ini, bukanlah perkara yang sulit. Dalam hal pekerjaan, dia tidak terlalu mematok ingin bekerja sebagai apa. Asalkan sesuai kemampuan dan ditunjang gaji yang seimbang dengan beban profesi. Suatu ketika, dia pernah ditawari kerja di suatu perusahaan bahan makanan tetapi ditolaknya. Alasan yang cukup mengena, yaitu karena gaji di sana lebih rendah daripada di sini (ITS, red). "Jika di tempat lain ada yang menawarkan lebih tinggi, mengapa tidak?" ungkapnya tersipu malu.

Saat ini, Suroso juga memanfaatkan waktu luangnya dengan menjadi sopir taksi. Hal tersebut ia lakukan bukan tanpa alasan. Mengingat jam kerja yang hanya setengah hari pukul 06.00-13.00 WIB. Mencari tambahan pendapatan, menjadi alasan mengapa dia berprofesi ganda. "Mulai jam enam saya sudah stand by di sini. Nanti jam sepuluh istirahat dan dilanjutkan berjaga sampai jam satu," ujarnya sambil mencatat nomor kendaraan di depannya. Setelah itu, lanjutnya, dia harus menyopir taksi hingga malam.

Masa lalunya menjadi satpam dan sopir
Jam terbangnya sebagai penjaga parkir, ternyata jauh lebih sedikit dibanding saat dia menjalani hari-hari sebagai satpam. "Sebelum masuk ITS, saya bekerja di PT Kusuma, perusahaan mentega dan minyak goreng di daerah Rungkut Industri, dengan jabatan Kepala Satpam," kenangnya. Tetapi hal itu tidak bertahan lama sebab perusahaan itu akhirnya ditutup. Akhirnya dia mencoba melamar ke ITS. Setelah melalui beberapa tes, Suroso pun resmi bekerja di ITS sejak tahun 1984 hingga sekarang.

Profesi satpam sepertinya sudah mendarah daging pada diri Suroso. Beberapa kali dia dipercaya menjadi Kepala Satpam, baik di perusahaan maupun di instansi pemerintah. Selama itu pula, dia tidak pernah menorehkan catatan buruk dalam menjalankan pekerjaan. "Alhamdulillah Mbak, selama ini lancar-lancar saja. Tidak pernah ada kejadian yang menyangkut keamanan sampai parah hingga mempertaruhkan pekerjaan saya," akunya pada wartawan media ini. Karenanya, sebelum memutuskan melamar di sini, dia sering mendapat tawaran dari beberapa perusahaan. Sekali lagi, dia mempertimbangkan penghasilan yang akan diterima dan akhirnya ditolak semua.

Kegigihan dan loyalitasnya pada pekerjaan tersebut, memang patut diacungi jempol. Pantas jika dia mendapatkan suatu penghargaan. Saat itu, dia memegang jabatan sebagai Kepala Satpam yang membawahi 32 satpam dan 42 waker (sebutan bagi pekerja bagian penataan udang, red) di PT Marga Sari Jaya, pabrik udang di Situbondo. Sekitar tahun 1983, ketika ada pemilihan satpam teladan oleh POLDA, nama Suroso termasuk salah satunya. Penghargaan itu bukan membuatnya besar kepala. Justru semakin memacu semangatnya untuk lebih meningkatkan prestasi.

Di luar profesinya sebagai satpam, etos kerja seperti itu masih setia dibawanya kemana-mana. Pun saat dia harus menjalani profesi sebagai sopir. Menjadi sopir di ITS bukan pertama kalinya. Suroso juga mengaku pernah dipercaya menjadi sopir di Kotamadya Surabaya selama setahun. "Semua itu karena kedisiplinan kerja kita jaga terus," imbuh pria asal Yogyakarta ini.

Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, dia menyatakan masih sanggup jika ada yang menawari pekerjaan menjadi satpam maupun sopir. "Jangan dikira saya nggak sanggup. Meski kelihatannya sudah tua, tapi tenaga masih kuat untuk melakukan itu," guraunya.(ard/sep)

Berita Terkait