ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kolaborasi; strategi memenangkan pasar global

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebuah tindakan strategis mutlak diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk memenangkan pasar. Salah satu strategi yang terkenal saat ini adalah kolaborasi.

Kolaborasi diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dengan bersinergis dengan perusahaan lainnya. Kolaborasi merupakan strategi kerjasama antar perusahaan agar terjadi sinergitas atau keterkaitan manajemen sehingga saling menguntungkan.

Hal ini menjadi pembahasan menarik dalam seminar nasional Teknik Industri & Manajemen Produksi kemarin (6/08) di Novotel Surabaya. Dalam acara dua hari ini yang diikuti oleh puluhan kalangan praktisi usaha maupun kalangan akademisi, diharapkan mampu merancang strategi kolaborasi yang tepat guna meningkatkan persaingan usaha.

Dalam jangka pendek, di mana era perdagangan bebas sudah berlaku, membuat persaingan memenangkan pasar internasional terlebih nasional makin sulit ditebak. Kondisi nasional yang cenderung tidak stabil dan sarat KKN menyebabkan kondisi pasar sulit diduga.

Permasalahan tersebut jelas menyulitkan dunia usaha. Kolaborasi sebagai bentuk kerjasama saling menguntungkan antar kedua belah pihak menjadikan konsumen lebih dimanja dan terpuaskan akan berbagai produk di pasaran. "Kita nggak bisa nunggu sampai negara ini baik baru buka usaha, kita harus bertahan dan berjuang, " tegas Heru Prasetyo, Country Managing Director PT Accenture. Selain itu dia menambahkan, etika dalam berbisnis haruslah tetap dijunjung dalam setiap berkolaborasi. "Jangan pernah mau berkolaborasi dengan orang culas, itu akan mencemarkan nama anda, " katanya mengingatkan.

Beberapa tahun terakhir, dalam melakukan kolaborasi merupakan suatu trend untuk memenangkan atau pun mempertahankan pasar. Contoh kolaborasi yang paling terkenal adalah antara Microsoft dan Intel. Kolaborasi mereka telah menutup peluang pendatang baru untuk bersaing dengan mereka. Data terakhir menunjukkan Microsoft berhasil menguasai nyaris 85 persen pasar sistem operasi komputer. Sedangkan Intel menguasai 70 persen pasar prosessor. "Itu jelas kolaborasi paling nyata di dunia usaha," cetus Sandi, salah satu peserta.

Di Indonesia sendiri, kolaborasi sudah dikenal dalam satu dekade terakhir dengan nama pola kemitraan. Pemerintah mengeluarkan peraturan adanya kewajiban perusahaan besar dengan usaha kecil dan menengah. Meskipun begitu, karena tidak memiliki konsep dan pengendalian yang terarah sehingga tidak berhasil.

Praktek di lapangan seakan menjadikan usaha besar menopang usaha kecil. Bukannya memberi 'alat pancing' namun yang diberikan adalah ikan. Alhasil, usaha kecil tidak menimba ilmu guna meningkatkan produktivitas mereka. "Hal ini jelas tidak menguntungkan pasar maupun industri yang saling bermitra tadi, " jelas Imam Baihaqi, S.T, M.Sc.

Menurutnya, tidak semua kolaborasi saling menguntungkan, terkadang justru membuat ketergantungan sepihak. "Di Indonesia pola kemitraan sudah terlanjur jelek hasilnya, padahal kalau saja terarah dan terkontrol pasti maju, " jelas Dosen Teknik Industri ITS ini.

Saat ditanya mengenai arah kolaborasi yang cenderung melahirkan monopoli. Imam Baihaqi, yang juga menjadi salah pembicara, menjelaskan bahwa memang ada kecenderungan ke sana. Walaupun begitu, konsumen tetaplah diuntungkan bukan dirugikan sebagaimana monopoli biasa. "Mereka hanya berusaha menekan munculnya pendatang baru, " jelasnya singkat.(ryo/rom)

Berita Terkait